Mohon tunggu...
Uthu Santuhan
Uthu Santuhan Mohon Tunggu... -

Penulis, penangkap sinar photon dan seniman, pendiam tapi pemalu. \r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Catokan Favorit Saras #8

3 Desember 2014   00:48 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:12 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Seusai mandi, dua manusia cantik itu kongkow berdua di meja makan, Saras dengan kimono handuknya dan Sara dengan baju putih panjang katun tanpa mengenakan bawahan. Saras meminum susu coklat yang baru saja dibuatkan oleh mamanya.
"Huffft-huffft" ia meniup permukaan susu coklat itu agar bisa diminum.
Lampu bohlam cadangan di meja makan yang redup oleh meledaknya bohlam normalnya baru baru ini, terlihat lebih redup dari lampu yang ada di wastafel yang ada di punggung saras. Mamanya duduk berhadapan dengan dia. Terlihat seram silhoutte rambut anaknya oleh lampu wastafel terpampang di meja makan. Sempat Sara terlihat kaget melihat kruwel itu. Sebuah sosok yang sungguh kribo. Tetapi ia menjadi tenang kembali begitu ia menyadari bahwa itu hanya bayangan kepala anaknya.

"Ma, aku ga ngerti tentang cowo, mau mereka apa sih?"
"Mau mereka bagaimana? mereka juga manusia, sama aja Sar.."
"Aku..."
"Kamu kenapa?" tanya mama Saras
"Aku..."
"Bayi gurita?"
"Ih mama serius dong!, ajari aku tentang cinta ma.."
"Cinta? hmmmmm" Mamanya mengambil nafas panjang.
"Ajari aku tentang cinta ma!" ucap Saras sekali lagi, sambil merapatkan dagunya diatas meja, layaknya sebuah hidangan lucu.
"Gini deh, Manusia itu, bertindak dari hati dan pikiran, kalau cinta, bukan dari kedua-duanya nak."
"Jadi dari mana mams? Kok kayak magic?"
"Ayo ikut mama sebentar.."
"Okee!" Saras mengikuti mamanya keluar.

Mama Saras mengajak anaknya  ke beranda. Bintang gemerlapan sedang menguasai langit. Oleh karena tempat mereka itu adalah kota kecil, kilau bintang tidak terganggu oleh silau sinar palsu di bumi.
"Sini kamu..." mama Sara mendekap anaknya. Keduanya berdiri menatap bintang.
"Kamu lihat itu?" Lanjut Sara.
"Bagus banget ya mams" Saras menyenderkan kepalanya di pundak mamanya yang kini telah kalah tinggi darinya.
"Kamu bisa merasakan indahnya bukan?"
"Bisa mams"
"Nah, cinta itu, lebih dari ini semua, powernya besar sekali, bisa mati atau hidup kamu dibuatnya."
"Aku pingin jatuh cinta..." Seru Saras pelan.
Dan seraya bibir munggilnya bergetar, sebuah bintang jatuh menoreh kilau panjangnya di langit.
"Keinginanmu akan terkabul nak, lihat bintang jatuh itu." Sara mendekap anaknya lebih erat.
Saras tersenyum dalam dekapan hangat mamanya.
Kodokpun bernyanyi, mengikuti derik kumbang.

(bersambung)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun