Mohon tunggu...
Utari ninghadiyati
Utari ninghadiyati Mohon Tunggu... Blogger, kompasianer,

Budaya, sejarah, masyarakat, makanan adalah ragam cerita untuk dituangkan pada kompasiana dan blog www.utarininghadiyati.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Belajar Dari Suku Baduy Yang Menabung Emas Untuk Investasi

30 September 2025   20:46 Diperbarui: 30 September 2025   20:46 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lantai palupuh yang terlihat mengilap itu nyaman sekali. Permukaannya terasa dingin karena angin leluasa melewati sela-sela lantai yang terbuat dari bambu. Segelas teh hangat dan beberapa ubi rebus menjadi sarapan lezat sebelum saya melakukan kegiatan di pagi yang indah. Jika ditanya, sebenarnya saya belum tahu akan melakukan apa hari ini. Suasana di Kampung Baduy Luar benar-benar berbeda dengan rutinitas harian saya. Di sini, saya tidak perlu terburu-buru menghabiskan sarapan lalu bergegas berangkat ke tempat bekerja. Cukup menikmati alam dan kesunyian yang menenangkan. 

Kesunyian itu pelan-pelan mencair ketika Aki Pantun mulai memetik kecapi buhun. Suaranya nyaring sekaligus lembut, membuai indera pendengaran hingga merasuk ke dalam hati. Jujur, pagi itu terasa magis sekaligus mahal. Tidak semua orang bisa mendapatkan pagi yang istimewa ini, saya sungguh beruntung bisa menikmatinya di teras rumah seorang tokoh Baduy Luar. Pria yang piawai membawakan pantun ini bukan tokoh biasa. Beliau telah mendapat Anugerah Kebudayaan karena menjaga tradisi dan Budaya Baduy.

Sambil mendengarkan petikan alat musik tradisional Baduy, saya melontarkan kekaguman pada keahlian Aki Pantun, juga pada rumahnya yang asri. Rumah tradisional itu sepenuhnya terbuat dari bambu. Entah kenapa saya jadi berpikir untuk memiliki rumah tahan gempa ini, maka terlontarlah pertanyaan seputar harga pembuatan rumah tinggal ini.

Sambil tersenyum, Aki menjelaskan bahwa ia tidak tahu pasti harga rumah jika dinilai dengan rupiah. Rupanya dalam melakukan transaksi jual beli antar warga Baduy masih menggunakan emas. Kebiasaan ini sudah mereka jalani sejak dulu dan menjadi warisan tradisi yang masih dijaga dan dilaksanakan oleh warga. Bukan berarti uang rupiah tidak berlaku di sini. Alat transaksi resmi itu tetap digunakan dan berlaku di perkampungan mereka, tetapi untuk transaksi dalam jumlah kecil, seperti pembelian keperluan sehari-hari di warung atau pasar.

Emas juga menjadi alat simpan atau tabungan, mungkin juga bisa dikatakan sebagai investasi, oleh warga Baduy. Sejak dulu, para perempuan Baduy menggunakan perhiasan emas, baik berupa kalung atau gelang, dengan tujuan sebagai tabungan. Sewaktu-waktu diperlukan, perhiasan itu bisa diuangkan dengan cepat. Ketika saya amati, bentuk emas perhiasan yang dipakai seperti batang bambu. Ukuran kalungnya cukup panjang hingga mencapai dada. 

Penjelasan Aki mengenai pemakaian emas dalam transaksi keuangan menyadarkan saya bahwa emas menjadi pilihan investasi yang menjanjikan. Penyebabnya harga emas tidak terpengaruh oleh inflasi. Emas juga produk investasi yang rendah risiko. Berbeda sekali dengan nilai uang yang ditabung sebab nilainya bisa tergerus akibat inflasi.

Bincang Mengemaskan Indonesia

Pikiran soal memiliki emas untuk investasi terus berkecamuk. Jujur, perjalanan tugas ke Baduy Luar memicu saya untuk mengubah pola  investasi dengan memiliki emas. Persoalannya, saya merasa membeli, menyimpan, atau menggunakan emas perhiasan akan berisiko. Tentu saja hal seperti ini sedapat mungkin dihindari. 

Semesta sepertinya menangkap kegelisahan saya. Tanpa diduga, rekan-rekan di ruangan ramai membicarakan soal investasi emas. Rasanya cinta, eh keinginan saya tidak bertepuk sebelah tangan. Semua memiliki pendapat serupa jika emas memiliki nilai yang baik untuk investasi. Apalagi belakangan harga emas terus melaju. Seorang teman bahkan menyatakan penyesalan karena tidak memiliki tabungan emas.

Dalam hati, jika dia saja menyesal, apalagi saya yang baru terpikir untuk memiliki tabungan emas. Tetapi dari pada sibuk mengutarakan penyesalan, saya dan teman-teman sepakat untuk mulai berinvestasi emas. Kami mau mengemaskan diri sendiri lalu mengemaskan keluarga dan bukan tidak mungkin ketika semua menabung emas di Pegadaian maka mengemaskan Indonesia akan terwujud, seperti yang digaungkan oleh Pegadaian Indonesia.

Punya Tabungan Emas Itu Gampang

Sebagai seorang staf, saya sadar kalau penghasilan yang diterima harus di kelola dengan baik. Seluruh pos pengeluaran sudah memiliki jumlah pasti dan setiap awal bulan akan terisi sesaat setelah saya menerima gaji. Mengambil dana dari salah satu pos tentu akan membuat saya kerepotan untuk mengganti dana yang terpakai. Sementara impian untuk memiliki tabungan emas harus saya realisasikan. Apakah artinya saya memaksakan diri?

Tidak juga. Saya bisa menabung emas sesuai kemampuan di Pegadaian, seperti label atau tagline Pegadaian yaitu mengatasi masalah tanpa masalah. Jadi ketika saya merasa memiliki masalah pendanaan untuk memiliki tabungan emas, solusinya sudah tersedia di depan mata yaitu menabung sesuai kemampuan. Cukup menyisihkan uang Rp10.000 saya sudah bisa menabung emas. Tentu saja saya mampu melakukannya, Anda juga bisa melakukannya, masyarakat juga bisa melakukannya. 

Untuk membuat tabungan emas pun sangat mudah. Cukup mengunduh aplikasi Pegadaian dan membuat akun serta mengisi semua data yang diperlukan. Tunggulah hingga kode verifikasi diterima, baik melalui email atau kode OTP. Jika semua sudah terverifikasi maka rekening Pegadaian sudah dapat digunakan. Langkah selanjutnya adalah membuka tabungan emas, kemudian mengisi data dan memilih cabang Pegadaian terdekat. Sekarang tinggal melakukan pembelian awal sebesar Rp10.000 dan rekening tabungan emas Pegadaian sudah dapat digunakan. 

Memulai dari Rp10.000 per bulan kemudian menjadi Rp10.000 per minggu dan akhirnya Rp10.000 per hari maka hasilnya akan banyak. Konsistensi dalam menabung tentu akan membawa hasil di kemudian hari. Langkah kecil yang ditawarkan Pegadaian, bukan tidak mungkin suatu hari nanti akan menjadi besar dan Pegadaian Mengemaskan Indonesia akan terwujud.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun