Mohon tunggu...
Usman D. Ganggang
Usman D. Ganggang Mohon Tunggu... Dosen - Dosen dan penulis

Berawal dari cerita, selanjutnya aku menulis tentang sesuatu, iya akhirnya tercipta sebuah simpulan, menulis adalah roh menuntaskan masalah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Undang Susah!

15 April 2016   22:41 Diperbarui: 15 April 2016   22:51 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="difoto oleh Phapa Lance)"][/caption]Salah satu konsep penyadaran diri yang dihadirkan leluhur di daeraku adalah dengan menghadirkan pesan yang berbunyi: Neka undang na susah, ome laing di'aen senang. Bila diterjemahkan secara bebas, maka bunyinya demikian: Jangan mengundang susah, ketika masih merasa senang,  Dari konsep berkalimat majemuk ini, boleh disingkat menjadi sebuah kalimat tunggal. Tinggal dipilih salah satunya, misalnya,"neka undang na susah! (Jangan mengundang susah!).

Konsep penyadaran diri ini berjumlah banyak di daerahku. Iya selain yang sudah diangkat  serta diungkit di atas adalah yang berbunyi," Neka jaong na haen pake, nuk en run rukus! (Jangan berbicara orang lain hai katak! Ingat juga dirimu ketam!) Artinya, jangan selalu berbicara kejelekan pihak lain, ingat juga perilakumu sendiri!  Untuk kali ini, cukup diangkat seperti terungkap pada judul di atas. Sengaja tulisan ini iangkat bukan berusaha menyalahkan siapa-siapa, tetapi terutama untuk menjaga diri saja. tetapi jika bermanfaat apa salahnya dinikmati, hehehe.

Jangan mengundang susah, adalah pesan yang sangat cocok dengan kondisi yang tidak aman. Terlepas dari aman tidaknya kondisi  yang ada saat ini, yang jelas, penulis mau berbicara mengantisipasi masalah , iya salah satu langkah praktis mengurangi atau meniadakan masalah yang ada tanpa diundang. Fakta riil, dalam masyarakat masalah yang ada, ada yang memang tidak diundang. 

Tapi kalau dicermati dengan saksama, maka ada lagi masalah yang sengaja di undang. Nah yang sengaja diundang inilah yang perlu dihindari! Banyak contoh yang nyata, seperti, sudah tahu bahwa mencuri itu tidak baik. tetapi malah dilakukan. akibatnya dipukul orang. Atau sudah tau selingkuh itu, berdampak negatif, tapi malah senang dilakukan, hehehe.

Iya, gejolak yang ada di sekitar kita, terkadang kita melihatnya dari luarnya saja. Lalu bermodal hasil dengar dan baca saja, dengan serta merta beri simpulan mentah. oh.., Si A, salah, dan si B benar. Padahal sejatinya, kalau belum tahu seluk beluk persoalan, sebaiknya ditanya dulu.Apa akar masalahnya? Banyak yang lupa bahwa hukum alam tetap berlaku, kalau terjadi suatu masalah. 

Bagaimana hukum alam itu? Iya,  ada sebab, pasti ada akibat, begitupun sebaliknya, ada akibat pasti ada sebabnya. Itulah alurnya, kalau kita mau jadi orang hebat. Lalu, terkait kata hebat tidaknya seseorang itu, bukan diukur oleh diri sendiri.Kata leluhurku, "Jangan coba-coba mengatakan bahwa dirimu hebat!" Karena berkata hebat itu,  itu dinilai orang,bukan oleh diri sendiri.


Kembali ke judul tulisan ini, "Jangan Undang susah ketika masih ada senang!: Iyaa, sebuah persoalan terjadi, banyak penyebab
 nya. Yang saya ungkit di sini, adalah jika penyebabnya dari diri sendiri.Sudah tahu, sebuah lahan, bukan miliknya, malah berusaha memilikinya.Akibatnya pemilik lahan kejar dan ketika ditangkap, bukan hanya dipukul, malah dibunuh pemilik lahan. Lainnya, Kita tidak tahu-menahu persoalan lahan, malah ikut memperkeruh masalah. 

Akibatnya orang menggugat dan seterusnya ke proses yang lebih tinggi.Kita pun hiruk-pikuk mempersiapkan diri, termasuk tenaga dan uang. nah, ketika ini terjadi, namanya mengundang susah. Pertanyaannya, "Mengapa mengundang?" Semua orang tahu, apalagi kalau bukan karena ingin dikatakan hebat. Artinya  mau menonjolkan keakuan kepada orang lain.

Jangan Undang susah ketika masih ada senang!:Adalah sebuah ungkapan leluhur, yang boleh jadi kita lupa untuk menerapkannya dalam keseharian. Ungkapan di atas berusaha memperingati kita untuk jangan salah langkah dalam menjalani hidup dan kehidupan ini. Perliharalah kebahagiaan.kesenangan itu, dengan selalu berpikir positif. Hindari perbuatan menyusahkan pihak lain! Misalnya, Pihak lain meminjamkan uangnya, lalu peminjam hilang tak tentu alamatnya, Ini namanya, bukan hanya menyusahkan orang tetapi terutama disi sendiri.

Kesabaran memang tdk ada batasnya, demikian ajaran agama. Tapi yang namanya manusia , selalu lupa, seakan dengan ada batasnya sabar, iya, maka keputusan diambil, unbtuk menggebuk kepala orang yang tdk mau diuntung tadi.

Menghindari semua yang diungkapkan di atas, leluhur sdh mewanti-wanti kita untuk memahami ungkapan,"Jangan Undang susah ketika masih ada senang!"***)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun