Mohon tunggu...
Usman D. Ganggang
Usman D. Ganggang Mohon Tunggu... Dosen - Dosen dan penulis

Berawal dari cerita, selanjutnya aku menulis tentang sesuatu, iya akhirnya tercipta sebuah simpulan, menulis adalah roh menuntaskan masalah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menggali Nilai Filosofi "Nggusu Waru" Leluhur Dou Mbojo

1 April 2018   16:05 Diperbarui: 1 April 2018   17:02 1549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Mengapa Nggusu Waru diangkat kepermukaan dan karena itu perlu digali? Bima Researd Center (BRC), melihat kondisi kita di Bima ini,  memang sesungguhnya tidak bisa dielakkan dengan arahnya zaman. Semakin ke-Modern-an semakin "Nggusu Waru" tak diingat dan diimplementasikan dalam roda kehidupan sosial.

Hasil analisis Crew BRC selama Roadshow bahwa generasi muda masih tebak-tebakan kebermaknaan Nggusu Waru sebagai pijakan dasar hidup dunia dan akhirat. Oleh karena itu,  perlu seyogyanya virus Nggusu Waru dibuatkan untuk seluruh lapisan masyarakat Bima."Ingat bahwasanya Nggusu Waru selalu pada domain "Kriteria Pemimpin untuk Dana Mbojo Dana Mbari", demikian Ketua BRC dalam tulisannya di Facebook, beberapa hari lalu.

Setidaknya, BRC berusaha nenularkan virus itu,  tentu salah satunya ialah dengan Roadshow Nggusu Waru di tiap titik di Bima secara kontinyu. Dan pada tanggal 30 Maret 2018 akan di desain sesuai dengan baground keilmuan yang berlangsung di Kantin Yuank, 30 Maret 2018, bada Isya, 19.30-selesai. Harapan BRC , Insya Allah dari berbagai sudut padang akan mengarahkan pada satu konsep yang barang tentu konsep demikian ialah konsep untuk di konsumsi oleh warga dou Mbojo khususnya. Sebuah upaya jitu, langkah praktis mengatasi masalah yang ada di masyarakat dou Mbojo.

Sebagai putra Mbojo, kita senantiasa berbangga dan bersyukur kepada Allah SWT. Pasalnya, sejak lama leluhur Dou Mbojo telah membentengi diri dengan filosofi berupa ungkapan bernilai tinggi.Ungkapan-ungkapan leluhur dou Mbojo itu, kalau boleh disebut sebagai "dima" (dari kata dimar, yang artinya pelangi).Iya, harus diakui potensi kearifan lokal Mbojo begitu banyak dan beragam.Sayang sekali karena terlupa atau memang sengaja dilupakan-tak tahu penulis- akhirnya banyak yang tenggelam bersama arus zaman.

Salah satu ungkapan bernuansa filosofis bernilai tinggi, adalah "Nggusu Waru". Diakui mayarakat Mbojo, "nggusu waru" ini, bermakna tidak saja tinggi, akan tetapi dalam sedalam lautan juga luas seluas samudra. Ungkapan "nggusu waru" ini, di dalam ilmu, dimasukkan ke dalam ilmu "kearifan lokal".

Pertanyaan yang mengganjal, "Apakah itu kearifan lokal?" ternyata ilmu yang terbentuk dari : Local wisdom [kearifan lokal] adalah kebenaran yang mentradisi atau ajeg dalam suatu daerah. Local widom adalah perpaduan antara nilai-nilai firman Tuhan dengan berbagai nilai yang ada.Local wisdom juga merupakan keunggulan budaya setempat. [Kamus Indonesia Inggris; John M Echols dan Hassan Sadily].

Selain kita mengenal istilah kearifan lokal, juga kita kenal ungkapan "Local genius" adalah identitas/kepribadian budaya bangsa yang menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap dan mengolah kebudayaan asing sesuai watak dan kemampuan sendiri.Local genius adalah unsur budaya daerah yang potensial
yang teruji kemampuannya untuk bertahan sampai sekarang. Dan ternyata hasil kajian pakar Mbojo, bersepakat bahwa "nggusu waru", unsur budaya yang teruji kepotensialannya dalam keseharian.

Bentuk --bentuk nilai dalam kearifan lokal itu, bisanya, berupa nilai, norma, etika, kepercayaan, adat-istiadat, hukum adat dan aturan-aturan yang dibuat oleh masyarakat setempat. Termasuk ciri-cirinya antara lain :(1) Mampu bertahan terhadap budaya luar. juga memiliki kemampuan untuk mengakomodasi unsur-unsur budaya luar; (2) Mempunyai kemampuan untuk mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalam budaya asli; (3) Mempunyai kemampuan mengendalikan diri; dan (4) Mampu memberi arah perkembangan budaya daerah.

Filosofi "nggusu waru" yang dianut dou Mbojo seperti terurai di atas, amatlah membantu terutama dalam membangun kehidupan yang beramanah. Dan pada gilirannya, yang lebih luas adalah mewujudkan Mbojo/Bima yang bahagia dunia dan akhirat. Itulah sebabnya perlu internalisasi Nggusu Waru sebagai langkah praktisnya (solusi jitu).

Bukti sebagai putra Mbojo, memang harus tunjukkan diri bahwa kita harus cinta nagari Bima dengan segala potensi yang telah dihadirkan leluhur Mbojo.Nggusu waru, perlu diangkat ke permukaan dengan cara yang jitu, yakni "Menggali Makna Ungkapan Leluhur Dou Mbojo".merupakan keniscayaan.Selanjutnya diaplikasikan dalam kehidupan keseharian warganya.

Nah, sudahkah kita gali filosofi di atas dan lebih penting lagi,"Sudahkah kita aplikasikan ungkapan bernilai dalam "nggusu waru" seperti terurai di atas dalam hidup kesehariann kita?" Pertanyaan- pertanyaan ini perlu dijawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun