Mohon tunggu...
Usman Roin
Usman Roin Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Prodi PAI Fakultas Tarbiyah UNUGIRI Bojonegoro

Kolumnis yang suka mengampanyekan literasi menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kerugian Menduplikasi KTI

17 Oktober 2022   11:09 Diperbarui: 17 Oktober 2022   17:01 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penyebabnya, KTI yang disajikan bukan olahan sendiri. Tidak lahir dari proses membaca literatur yang kemudian dirangkai. Melainkan, olahan orang lain yang diaku menjadi milik kelompoknya.

Kedua, menghilangkan kerja menulis dan mempersingkat copy-paste. Menulis adalah kerja membuat huruf baik dengan pena atau melalui laptop, gadget dan sebagainya. 

Jika sudah paham bila menulis adalah kerja mengetik huruf menjadi kata, paragraf, kalimat; kemudian bila ditarik pada ranah membuat makalah berarti menulis ulang hasil telaah atas topik bahasan bidang studi tertentu dari berbagai literatur secara komprehensif.

Bila kemudian mahasiswa melakukan duplikasi, tentu fungsi kerja di atas hilang dan sengaja dihilangkan. Karena yang tampak adalah, menyalin ulang  gelondongan (utuh) hasil KTI kelompok lain, untuk kemudian ditempatkan pada lembar dokumen baru, lalu diaku sebagai karya mandiri kelompoknya.

Padahal menurut M. Faisal Karim dan Tirta N. Mursitama (2015:7), kemampuan menulis seorang mahasiswa itu akan mampu membangun masa depan yang gemilang.

Mahasiswa tidak sekadar terampil memanipulasi kata-kata dengan bahasa yang efektif kala menulis untuk menyakinkan pembaca terhadap suatu ide. Bahkan, keterampilan menulis bisa membuat mahasiswa memiliki kontribusi banyak untuk bangsa.


Sebagai contoh, Soekarno, Hatta melalui tulisan-tulisannya, telah mampu menggerakkan jiwa pemuda Indonesia untuk memerdekakan diri dari penjajah Belanda. Jika kemudian mahasiswa melakoni alur menulis KTI sendiri, di situlah perbedaan antara mahasiswa yang biasa dan luar biasa.

Ketiga, tidak ada pengalaman editing. Editing adalah tahap akhir kepenulisan KTI. Apapun jenis tulisnya. Karena editing bermakna proses memperbaiki naskah atau penyuntingan naskah. Adapun orangnya, dinamakan editor.

Pengalaman menjadi editor KTI (makalah sebagai misal) tentu akan memiliki kemanfaatan. Sebelum makalah itu dikirimkan kepada dosen pengampu, makalah sudah mengalami suntingan yang ketat. Isi makalah sudah tidak ada lagi tipo atau kesalahan tulis pada teks yang sudah terlanjur dicetak.

Selain tipo, tahap editing makalah juga memiliki fungsi merapikan struktur penulisan. Alhasil, tidak lagi ditemukan rata kanan dan kiri yang saling tumpang tindih antar paragraf. 

Penggunaan kebakuan kata juga digunakan menjadi perhatian tersendiri. Terlebih, untuk cross check kebakuan isi makalah, pemakalah tinggal download saja KBBI online di play store gadget dan kemudian tinggal di check one by one.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun