Mohon tunggu...
Uruqul Nadhif Dzakiy
Uruqul Nadhif Dzakiy Mohon Tunggu... Peneliti -

Saya seorang peneliti di bidang manajemen teknologi dan entrepreneurship, berdomisili di kota Bandung http://www.uruqulnadhif.com/

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Bandung dan Ekosistem Startup

22 Januari 2018   11:21 Diperbarui: 23 Januari 2018   03:53 673
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
eFishery salah satu startup terkemuka yang lahir di Bandung

Saya tertarik untuk meneliti bagaimana ekosistem startup di kota Bandung. Ketertarikan saya belum kepada penelitian mendalam terkait hal ini, namun bahannya sedikit ada. Agar rencana saya untuk meneliti hal ini tidak tertiup angin alias hilang, saya tuliskan di portal kompasiana ini agar setidaknya wawasan saya terkait startup Bandung bisa tersampaikan. Bahasa bukunya, mukaddimah atau pembukaan. 

Awal mulanya saya melihat beberapa teman saya dirikan startup. Teman sejurusan saya dirikan Eduindo dengan produknya Mathca, kartu ajaib untuk mengasah matematika anak. Senior asrama saya dirikan eFishery dengan produk utamanya alat pemberi makan ikan otomatis (smart feeder). Senior unit saya dirikan mata garuda (jika saya tidak salah sebut) yang bergerak dalam hal pembuatan drone beserta pengolahan datanya untuk keperluan sosial. Ada lagi startup yang saya teliti di tesis saya, UAVIndo Nusantara. Ditambah lagi dengan startup dengan produk utamanya membuat aplikasi seperti Titik Koma, dan masih banyak lagi. Mereka semua beraktivitas di kota Bandung, atau Bandung pinggiran seperti halnya Cimahi.

Terkait hadirnya startup tersebut, ada faktor yang lebih penting lagi yaitu orang. Banyak orang kreatif yang tinggal di Bandung. Buktinya coworking space banyak di kota ini, di tambah dengan semakin meningkatnya orang kreatif dari universitas seperti di kampus saya, ITB. Di Telkom University bahkan ada Technopark, belum lagi ditambah yang ada di PT INTI dan Cimahi. Artinya Bandung dilihat dari sudut pandang potensi untuk terciptanya suatu ekosistem startup adalah istimewa. 

Namun, apakah ada satu startup dari Bandung yang mendunia ? Mungkin ada, namun sejauh ini saya belum ketemu. Dalam beberapa Forum Group Discussion (FGD) yang diadakan Masyarakat Telematika (Mastel) di mana saya terlibat sebagai tim kajian di dalamnya, saya belum menemukan startup kelas dunia dari Bandung. Terlepas eFishery sebagai perusahaan IoT yang cukup leading di Indonesia, cukup banyak PR untuk dilakukan perusahaan tersebut jika pengen sejajar dengan perusahaan startup sejenis. Parameter kelas dunia itu setidaknya mencapai IPO/M&A.

Budaya Kerjasama

Berbagai event startup dihadirkan oleh swasta/Pemerintah di kota ini. Bahkan Bandung belum lama ini melaunching Bandung Creative Hub yang salah satu tujuannya adalah menjadi simpul bagi para startup untuk bersinergi. Konsep tak semudah realita di lapangan. Para startup kita umumnya bergerak sendiri untuk mendapatkan market. 

Mereka bergerak atas dasar pasar, supply-demand. Ini tak salah karena memang realitanya dunia menuju pada globalisasi yang ciri khasnya adalah dunia sebagai satu potensi market yang ini terlihat dengan hadirnya internet sebagai pemicu utamanya. Namun, alangkah kelirunya jika startup kita yang masih dalam tahap bayi harus dihadapkan dengan startup gigantic yang ada di belahan bumi sana. Head-to-head ini jelas tidak fair. Ini membuat fenomena Merger&Accuisition (M&A) menjadi tren baru nantinya. Ini sudah terjadi dengan suntikan investasi triliunan rupiah untuk Tokopedia dari Alibaba Holding. Perusahaan e-commerce  dalam negeri lainnya mungkin akan nunggu giliran.

Agar head-to-head tidak terjadi, maka mau tak mau startup dalam negeri harus unggul. Dalam sebuah FGD dikatakan bahwa sumber daya IT kita (baca programmer) masih kalah jauh dibandingkan dengan yang dipunya India. Buktinya Go-Jek meng-hire programmer dari negeri itu. Kondisi ini jelas tidak dapat dipenuhi oleh perusahaan swasta karena akan habiskan dana yang besar. Ini butuh sentuhan Pemerintah melalui kampus-kampusnya untuk mendidik sumber daya manusia yang siap tempur dalam industri di bidang IT. 

Ini dapat dimulai dengan mendorong Perguruan Tinggi untuk membuat perusahaan spin-off dengan lab sebagai kantor sementara. Kembali ke budaya kerjasama, budaya ini dapat diciptakan melalui langkah tersebut yang konkret. Kolaborasi yang lebih serius antara Pemerintah dan pelaku startup (G to B) dan antara startup satu dengan lainnya (B to B) harus digalakkan dengan serius.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun