Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Write and read every day

Senang menulis, membaca, dan nonton film, juga ngopi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Hidup Bersama Buku

23 April 2025   14:07 Diperbarui: 23 April 2025   15:19 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hari Buku Sedunia / sumber: rri

Di Hari Buku Sedunia, hari ini 23 April, saya jadi ingin nulis tentang kebersamaan dengan buku. Ya, di usia yang sudah lanjut, saat mengenang perjalanan hidup, satu hal yang 'tak pernah jauh' dari kehidupan saya adalah buku.

Saya dilahirkan dan dibesarkan di sebuah kampung. Sebagai penjelas bahwa saya hidup di kampung, di pertengan tahun 70-an, saat saya masih SD, kebanyakan teman-teman saya sekolah telanjang kaki, alias tanpa alas kaki. Saya masih beruntung, bisa memakai sandal jepit. Dan saya sering ketinggalan sandal di sekolah, karena saat bermain sepulang sekolah -- sebelum sampai ke rumah -- saya melepas sandal, dan saat pulang ramai-ramai, ikut-ikutan gak pakai sandal.

Ayah saya seorang TNI yang bertugas di Siliwangi Bandung. Tapi entah mengapa, tidak mau mengajak ibu dan saya tinggal di asrama. Jadi, ayah saya pulang tiap hari Sabtu dan kembali hari Senin subuh. Nah, saat pulang itu ayah selalu membawa majalah anak-anak. Seingat saya saat itu nama majalah anak-anak itu: Si Kuncung, Kawanku, Adinda, dan Bobo. Yang masih ada saat ini Bobo. Tak heran, kalau saya sudah lancar membaca sejak kelas satu. Dan membaca pun jadi hobi.

Baca juga: Buku Referensi

Sejak kelas 4 sudah baca komik yang satu judulnya rata-rata 5 jilid.  Jaka Sembung, Si Buta dari Gua Hantu, Mandala, adalah di antara komik-komik yang saya baca.  

Masuk SMP, awal tahun 80, naik kelas bacaannya. Karena sekolahnya di kota, lima kilometer dari rumah, dan dekat dengan Taman Bacaan, hobi membaca saya semakin tersalurkan. Majalah yang dibaca ganti jadi Hai, sudah mulai baca novel. Saat itu yang saya baca serial Lima Sekawan dan Trio Detektif.

Di kelas 2 SMP mulai baca cerita silat Kho Ping Hoo. Tahu, kan, satu judul cersil Kho Ping Hoo ini minimal 15 buku. Sering saya tamatin sampai Tengah malam. Untuk komiknya mulai kenalan sama komik luar seperti Tintin, Lucky Luke, Asterix, Trigan, Storm, dan lainnya.

Masuk SMA bacaanku mulai nakal. Saat itu buku yang saya baca serial detektif Nick Carter. Novel romannya karya Eddy S.Iskandar. Tahu, kan, di novel-novel itu, suka nyempil 3-4 halaman yang ah-uh-ah. Dari yang hanya 3-4 halaman, saya dikenalkan teman yang full blue, seperti Enny Arrow. Masih beruntung itu novel bukan komik, jadi gak ada gambarnya. Walaupun pernah juga ada teman -- anak pejabat -- yang bawa majalah Play Boy ke kelas. Heboh deh sekelas.

Tahun 1988 lulus SMA kuliah ke Bandung. Alhamdulillah, circle saya anak-anak yang suka ngaji. Kebawa ngaji, pekanan, setelah di-training selama 3 hari 2 malam di Mega Mendung, Bogor.

Buku yang saya baca buku-buku pergerakan Islam. Jundullah karya Said Hawwa, salah satunya. Majalah yang saya baca yang umum seperti AlMuslimun, Risalah, Media Dakwah, Ummi. Kalau yang grassroot-nya Sabili, saat itu harganya masih 600 rupiah.

Saat kuliah ini pula relasi saya dengam buku pun bertambah. Selain sebagai pembaca, saya mulai jualan buku dan majalah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun