Hidup adalah perjuangan, dan setiap langkah yang kita ambil dalam hidup, baik itu dalam pekerjaan, ibadah, maupun aktivitas sosial, pasti memerlukan ikhtiar dan usaha. Namun, apa yang membedakan seorang hamba yang benar-benar berhasil dari yang lainnya adalah bagaimana ia menghadapi setiap hasil dari perjuangannya.
"Suatu tanda akan lulusnya seseorang pada akhirperjuangannya, jika selalu tawakkal, menyerahkan kepada Allah sejak awal perjuangannya."
Hikmah ke-34 dari Kitab al-Hikam di atas mengajarkan kita sebuah kunci penting: tawakkal, yaitu menyerahkan segala urusan dan hasil akhir kepada Allah setelah kita berusaha sebaik mungkin.
Tawakal bukan berarti hanya pasrah tanpa usaha, tetapi justru merupakan bentuk kedewasaan dalam beribadah, di mana kita tetap berusaha maksimal namun tidak merasa memiliki kendali penuh atas hasilnya.
Seorang arif berkata, "Barangsiapa menyangka bahwa ia akan dapat sampai kepada Allah dengan perantaraan sesuatu selain dari pada Allah, pasti akan putus karenanya."
Nasihat di atas mengingatkan kita bahwa segala sesuatu yang kita capai tidak lepas dari izin dan pertolongan Allah. Kita tidak bisa bergantung hanya pada kekuatan diri kita sendiri.
Dengan tawakal, kita belajar untuk bersyukur ketika hasilnya sesuai harapan dan bersabar ketika hasilnya tidak seperti yang kita inginkan. Hati yang penuh tawakal tidak akan goyah, karena ia tahu bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah bagian dari takdir terbaik dari Allah.
Allah SWT berfirman,
"Dan bertawakallah kepada Allah, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal." (QS. Ali Imran: 159)
Seperti yang dikatakan oleh Imam Al-Ghazali, "Tawakal itu adalah sikap yang menenangkan hati. Dia bukanlah menyerah tanpa usaha, tetapi dia adalah keyakinan bahwa segala usaha kita akan mendapat berkah jika diserahkan kepada Allah."
Tawakal mengajarkan kita untuk tidak merasa cemas atau tertekan oleh hasil, karena kita tahu bahwa apapun yang terjadi, itu adalah yang terbaik menurut-Nya.