"Tiada sesuatu yang sangat berguna bagi hati (jiwa), sebagaimana menyendiri (uzlah) yang dapat menyebabkan hati masuk ke medan berpikir (tafakkur)."
Alhamdulillah, kita masih diberi kesempatan untuk melaksanakan ibadah shaum di hari ketujuh. Hari ini kita akan kembali mengulas salah satu hikmah dari kitab al-Hikam. Hikmah ke-12.Â
Hikmah ini sangat relevan dengan kondisi kehidupan yang semakin sibuk dan penuh tantangan seperti sekarang. Atau sering disebut dengan dunia yang semakin VUCA: Volatility (Volatilas), Uncertainty (Ketidakpastian), Complexity (Kompleksitas), dan Ambiguity (Ambiguitas).
Keempat hal itu menghadirkan situasi yang serba cepat, penuh ketidakpastian, dan kompleks, sehingga tak jarang kita merasa terombang-ambing.
Di sinilah konsep uzlah dan tafakur bisa menjadi jawaban yang menenangkan hati dan memberikan arah dalam hidup.
Uzlah: Menjauh untuk Mendekat
Dalam Kitab Al-Hikam, Ibn Atha'illah As-Sakandari mengajarkan bahwa salah satu jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah adalah dengan melakukan uzlah atau menyendiri sejenak untuk menyucikan hati. Tidak berarti kita harus mengasingkan diri secara fisik atau menjauhkan diri dari dunia, namun lebih pada mengambil waktu untuk menjauh dari kebisingan duniawi yang seringkali mengganggu ketenangan batin kita.
Dalam kehidupan yang semakin VUCA ini, kebisingan sosial, tuntutan pekerjaan, serta aliran informasi yang tidak ada habisnya membuat kita sering kali merasa lelah dan cemas. Kita mungkin sibuk mengikuti segala tren atau tuntutan dunia, sehingga lupa untuk berhenti sejenak dan merenung. Uzlah menjadi cara untuk melepaskan diri dari hiruk-pikuk tersebut, memberikan ruang bagi kita untuk fokus pada yang lebih penting: kedekatan dengan Allah dan pemurnian niat.
Bukan berarti kita mengabaikan dunia atau kehidupan sosial, tetapi lebih kepada mengatur waktu dan prioritas. Cobalah untuk memberi diri waktu untuk sendiri, misalnya dengan menyepi sejenak, mematikan gadget, dan mengurangi aktivitas yang tidak produktif. Dalam kesendirian itu, kita bisa lebih mudah merenung, beribadah, dan menyaring pikiran agar tetap positif di tengah segala kerumitan hidup.
Tafakur: Merenung dalam Keheningan