Mohon tunggu...
Mr. Hidayat
Mr. Hidayat Mohon Tunggu... Guru, penulis, dan pemikir

*📚 Moh. Urip Hidayat: Guru Bahasa Inggris dengan WiFi sebagai Lautannya 🌊* Di kelas, Moh. Urip Hidayat adalah seorang *kapten bahasa Inggris* yang membawa murid-muridnya berlayar melintasi samudra kata-kata, tenses, dan idiom-idiom unik. Namun, begitu bel pulang berbunyi, ia menjelma menjadi *peselancar digital*, meluncur bebas di ombak informasi internet, dari artikel edukatif hingga meme receh yang bikin ngakak. 😆 Dengan semangat seorang penjelajah, Pak Hidayat bukan hanya mengajarkan bahasa, tetapi juga bagaimana menaklukkan dunia dengan kata-kata. Baginya, grammar itu penting, tapi *humor dalam belajar lebih penting lagi*. Karena, apa gunanya bisa perfect tense kalau hidupnya selalu tegang? 😜 Jadi, kalau butuh guru yang bisa bikin belajar bahasa Inggris lebih asyik, interaktif, dan kadang diselingi joke khas bapak-bapak, Pak Hidayat adalah jawabannya. *Belajar boleh serius, tapi jangan lupa bahagia!* 🎉 Mengajar bahasa Inggris di SMPN 239, motivation and inspirational enthusiast.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Akal Indra atau Wahyu? Siapa yang Paling Layak Menjadi Penuntun Kebenaran?

23 Mei 2025   10:15 Diperbarui: 23 Mei 2025   10:15 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam dunia Islam, cara manusia memperoleh pengetahuan tidak hanya dipandang dari sisi logika dan pengalaman saja, tapi juga dari sisi batin dan spiritual. Tiga pendekatan utama sering dibicarakan: akal (rasional), indera (empiris), dan intuisi ilahiah (revelatif). Artikel ini mencoba menjelaskan bagaimana ketiga pendekatan tersebut berkembang dalam tradisi keilmuan Islam, serta bagaimana semuanya bisa saling melengkapi.

Para tokoh besar seperti Al-Farabi, Ibnu Sina, dan Al-Ghazali sejak dulu sudah merumuskan bagaimana akal dan pengalaman bisa membantu manusia memahami dunia. Di sisi lain, para pemikir kontemporer seperti Seyyed Hossein Nasr dan Mulyadhi Kartanegara menekankan pentingnya menyatukan ilmu lahir dan batin---antara logika dan kebijaksanaan hati. Hasil kajian menunjukkan bahwa Islam tidak kaku dalam memandang sumber ilmu. Justru, ia membuka ruang bagi integrasi antara nalar, pengalaman, dan pengetahuan spiritual.

Kata Kunci: epistemologi Islam, rasionalisme, empirisme, intuisi, ilmu laduni, integrasi ilmu

Epistemologi atau teori pengetahuan merupakan cabang filsafat yang membahas hakikat, sumber, dan batas-batas pengetahuan. Dalam tradisi Islam, diskursus epistemologi tidak hanya melibatkan akal dan pengalaman inderawi, tetapi juga dimensi ilahiah yang bersifat intuitif dan revelatif. Hal ini mencerminkan kekayaan tradisi intelektual Islam yang tidak bersifat reduktif.

Firman Allah dalam QS. Al-Baqarah: 282 mengisyaratkan pentingnya akal dan pencatatan sebagai sarana memperoleh ilmu: "...dan janganlah kamu merasa bosan menulisnya, baik kecil maupun besar, sampai batas waktunya..." Sedangkan QS. Al-Kahfi: 65 merujuk pada ilmu laduni: "dan Kami telah mengajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami."

Maka, muncul pertanyaan filosofis: bagaimana epistemologi Islam memandang hubungan antara akal (rasionalisme), indera (empirisme), dan intuisi (revelasi dan ilham)?

Epistemologi Rasional

Rasionalisme menekankan peran akal sebagai sumber utama pengetahuan. Dalam Islam, Al-Farabi dan Ibnu Sina merupakan tokoh rasionalis yang membangun sistem pengetahuan berbasis logika dan silogisme. Menurut Al-Farabi, "akal aktif" (al-'aql al-fa''l) adalah sarana pencerahan intelektual manusia. Ibnu Sina menegaskan bahwa akal dapat mencapai kebenaran mutlak melalui deduksi dan kontemplasi.

Epistemologi Empiris

Empirisme menekankan pengalaman inderawi sebagai dasar pengetahuan. Al-Ghazali dalam Al-Munqidz min al-Dalal sempat meragukan keandalan indera, namun kemudian mengakui bahwa indera merupakan bagian penting dari tahap awal pencapaian pengetahuan, meskipun tidak sempurna tanpa akal dan cahaya ilahi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun