Mohon tunggu...
Untung Wahyudi
Untung Wahyudi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas di Beberapa Media Cetak dan Online

Penulis lepas di sejumlah media cetak dan online

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Bersikap Arif dan Bijak dalam Hidup

28 April 2015   11:05 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:36 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14301939091290255161

Judul               : Who Will Cry When You Die

Penulis             : Robin Sharma

Penerbit           : Kaifa, Bandung

Cetakan           : Pertama, 2014

Tebal               : 220 Halaman

Nikmat hidup adalah hal yang wajib disyukuri sebagai bentuk terima kasih kepada Tuhan sang Pencipta. Ada banyak hal yang patut direnungi dan dijiwai dalam hidup yang senantiasa terus berubah. Karena itu, memanfaatkan hidup sebaik mungkin adalah hal yang patut dilakukan agar manusia bisa menyemai manfaat dari kehidupan ini.

Ketika manusia lahir ke dunia, orang-orang di sekitar menyambutnya dengan senyum dan kebahagiaan. Momentum kelahiran itu disambut dengan suka cita. Namun, berbeda dengan kematian, ketika seseorang meninggal dunia, orang-orang di sekitarnya menangis dan dirundung kesedihan. Lalu, siapakah yang akan menangis dan merasa kehilangan ketika kita kelak meninggalkan dunia ini?

Lewat bukunya Who Will Cry When You Die, Robin Sharma mengajak pembaca menjiwai hidup yang hanya sementara ini. Bagaimana manusia memanfaatkan hidup dengan berbuat lebih banyak kebaikan daripada keburukan. Sesuatu yang lazim dilakukan agar orang lain bisa memetik manfaat dari apa yang kita lakukan di dunia.

Menurut Robin, ada banyak hal yang perlu manusia lakukan agar hidupnya penuh dengan kebahagiaan sekaligus ketenangan. Agar hidup ini tidak hanya bermanfaat bagi diri sendiri, tetapi juga bagi orang lain. Robin menyarankan agar kita tidak segan-segan berbuat baik kepada orang asing. Jika umumnya kita sering diwanti-wanti agar berhati-hati dengan orang baru, Robin Sharma justru mengajak kita untuk berbuat baik kepada siapa pun, termasuk orang asing yang baru kita kenal.

Hidup seseorang itu menjadi lebih berharga jika mampu membuat orang lain tersenyum  atas kebaikan yang dilakukannya. Kebaikan hati, dengan cara yang cukup sederhana, adalah uang sewa yang harus dibayar atas ruang yang kita tempati di planet ini. Maka, jadilah lebih kreatif dalam menunjukkan kasih sayang kepada orang lain (halaman 17).

Penulis juga menganjurkan agar seseorang bisa mencari makna lebih dalam pada pekerjaan yang selama ini digelutinya. Dahulu, sebagian besar orang merasa puas memiliki pekerjaan sekadar untuk melunasi tagihan. Tapi kini, begitu banyak yang dibutuhkan dari pekerjaan mereka. Mereka menginginkan kepuasan, tantangan kreatif, pertumbuhan, kegembiraan, dan perasaan bahwa mereka hidup untuk sesuatu yang lebih besar daripada diri sendiri.

Dengan kata lain, manusia berusaha mencari makna. Lebih lanjut Robin menjelaskan, salah satu cara terbaik untuk menemukan makna lebih dalam pada pekerjaan yang dilakukan adalah menggunakan teknik pertanyaan kreatif agar menyadari dampak pekerjaan pada dunia di sekeliling. Berikan pertanyaan-pertanyaan kepada diri sendiri, seperti: siapa yang akhirnya mendapat manfaat produk dan layanan yang ditawarkan perusahanku? Atau: apa perbedaan yang diciptakan oleh kerja kita sehari-hari? Begitu kita melakukannya, kita akan mulai menyadari hubungan antara pekerjaan dan hidup yang kita sentuh (halaman 100).

Menikmati proses adalah hal yang perlu dilakukan daripada menikmati hasil. Inilah yang juga disarankan penulis dalam buku 220 halaman ini. Ketika kita mencapai sebuah sasaran, entah menjadi pimpinan yang lebih bijaksana atau orangtua yang lebih baik, sebagai manusia, kita akan tumbuh dalam prosesnya. Sering kali, kita tak akan mendeteksi pertumbuhan ini, tapi itu akan muncul. Jadi, ketimbang hanya menikmati imbalan yang mengalir dari pencapaian sasaran tersebut, rayakan fakta bahwa proses menggapai tujuan kita meningkatkan diri sebagai manusia (halaman 84).

Buku ini memuat sejumlah renungan yang mengajak pembaca memaknai hidup lebih dalam. Agar kesempatan hidup yang Tuhan berikan bisa dimanfaatkan dengan baik. Karena, dewasa ini banyak manusia telah kehilangan sentuhan terhadap rasa kemanusiaan. Manusia telah kehilangan sentuhan terhadap tujuan hidup. Banyak orang tidak lagi mengerti prioritas. Hidup seolah-olah berjalan dengan hambar tanpa rasa dan makna. Tanpa manfaat yang bisa diberikan kepada orang lain setelah kita meninggal dunia. Mari bertanya pada diri kita, siapa yang akan menangis saat kita meninggal nanti? (*)

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun