Mohon tunggu...
Aniza Ambarwati
Aniza Ambarwati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pendidik, Penulis, dan mahasiswa magister

A critical person who likes reading, writing, studying, and travelling

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Perpisahan Taqy-Salma, Menasihati Wanita Butuh Seni

20 Maret 2018   13:05 Diperbarui: 20 Maret 2018   13:26 582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber gambar: geotimes.co.id)

Kisruh rumah tangga antara Taqy Malik dan Salmafina Sunan belum menemukan titik terang. Baru-baru ini Salmafina mengungkapkan awal penyebab pertengkarannya dengan Taqy. Curhatannya ini sebenarnya cukup bijak karena ia pun mengakui salah karena sempat berkali-kali mengumbar masalah rumah tangganya di sosial media. Setidaknya hal ini bisa menunjukkan bahwa Salma berusaha sedewasa mungkin untuk menjadi orang yang lebih baik, diusianya yang masih sangat belia.

Disini saya tidak sedang menggosipkan masalah mereka. Yang saya tekankan disini adalah penyebab masalah mereka dari sudut pandang Salma. Agak tercengang juga membaca curhatan Salmafina ini yang mana Taqy mengeluarkan kata-kata yang tidak seharusnya keluar "kamu gak usah ngajarin saya, saya itu hafiz quran, saya lebih paham dari pada kamu".

Entah, ada hal apa yang membuat Taqy bisa mengeluarkan kata-kata seperti itu. Menurut saya hal semacam itu tidak pantas dilontarkan oleh suami. Itulah kenapa, menasihati wanita butuh seni.

Taqy adalah seorang hafiz yang hafalan terhadap isi Al Quran tidak perlu diragukan lagi. Tapi kehebatannya tersebut tidak cukup sebagai modal untuk menjadi imam yang cukup sabar. Seharusnya ia lebih bisa bersabar dalam menasihati isterinya terlebih Salma baru saja hijrah dari kehidupannya yang "hitam".

Semua orang bisa berubah ke arah yang lebih baik tidak bisa instan. Perubahan Salma dengan meninggalkan kehidupan "gelapnya", mengenakan hijab sampai berhijab syar'i seharusnya bisa menjadi hal manis yang bisa dihargai Taqy. Salmafina butuh waktu dan kesabaran dari imamnya.

Kembali ke topik, seni menasehati wanita. Ketahuilah para kaum adam, wanita terbuat dari tulag rusukmu yang bengkok. Ia bengkok, tidak bisa diluruskan paksa, nanti patah. Seperti itulah wanita. Kamu tidak bisa memaksanya seketika menjadi lurus. Ketika kamu yakin mempersunting seorang perempuan, berarti kamu siap membimbingnya dengan seluas-luasnya kesabaran yang kamu punya. Seperti kata Ridwan Kamil, hal yang bisa membuat rumah tangga harmonis adalah kesabaran laki-laki.

Cara Taqy menasihati Salma untuk tidak mengenakan celana, salah. Bagaimanapun juga ia bisa menggunakan kata-kata yang lebih halus. Coba kamu bayangkan menjadi Salma, pasti sakit mendapat perkataan seperti itu dari suami sendiri.

Cara kita berkomunikasi terhadap lawan bicara akan mempengaruhi bagaimana reaksinya. Sesungguhnya menasehati wanita sama seperti menasehati anak kecil. Jangan gunakan kalimat perintah, tanda seru, apalagi sampai ancaman. Ketika kamu melarang anak kecil dengan kata-kata "jangan", "tidak boleh", "stop" dan sederet kata larangan lainnya, reaksi anak bukan justru berhenti melakukan hal yang dilarang, ia justru semakin penasaran untuk mencoba.

Bukankah memberi tahu terlebih dahulu, mana yang baik dan tidak baik dilakukan, jauh lebih baik dari pada melarang? Tujuannya sama, sama-sama melarang tapi beda makna. Lebih enak didengar yang mana? Perumpamaannya seperti kamu lebih suka diberitahu, makan dan minumlah menggunakan tangan kanan karena setan makan dan minum dengan tangan kirinnya atau jangan makan pakai tangan kiri?

Hal yang saya ungkapkan di atas sama hal dengan berbicara kepada wanita. Perasaannya itu sensitif, ia lebih mendengarkan perasaan dari pada logikanya, berbeda dengan pria. Berbicaralah dari hati ke hati, kepada hatinya, bukan otaknya. Terlebih kepada beberapa karakter perempuan cerdas yang logika dan perasaanya bisa berjalan seimbang, berbicara kepadanya bisa lebih rumit karena otaknya lebih cepat mencerna kata-kata yang keluar dari mulut orang lain dan ia mampu menganalisis konsistensi perkataanmu.

Belajarlah memperlakukan wanita dengan baik sebelum berniat mendidiknya. Belajarlah menasihati tanpa menggurui, menilai tanpa menghakimi. Ada yang bilang, beberapa karakter wanita lebih suka dikatakan dengan terus terang tanpa basa-basi. Anda salah! Sekeras-kerasnya hati perempuan, ia lebih suka kelembutan. :)

Pindahan dari rumah blogging sebelah. 

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun