Di era digital yang serba cepat ini, menjadi orangtua bukanlah perkara mudah. Anak-anak tumbuh di tengah derasnya arus informasi, kemudahan akses teknologi, dan perubahan nilai moral yang begitu cepat. Dalam situasi seperti itu, kehadiran orangtua tak lagi cukup hanya secara fisik, tetapi juga harus hadir secara emosional dan spiritual.
Pesan inilah yang disampaikan oleh Rayinda Faizah, M.Psi., Psikolog, dosen Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi dan Humaniora (FPH) Universitas Muhammadiyah Magelang (UNIMMA), dalam kegiatan Kelas Parenting bertema "Menjadi Rumah Tempatmu Pulang."
Kegiatan yang diselenggarakan oleh Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah (PD NA) Kota Magelang ini berlangsung pada Minggu (12/10) di Ruang A8 Kampus UNIMMA, diikuti oleh sekitar 50 peserta berusia 17 hingga 40 tahun, mayoritas adalah para ibu muda dan calon orangtua yang ingin memperdalam ilmu pengasuhan.
Anak di Era Overstimulasi Digital
Dalam materinya berjudul "Menjadi Orangtua Hebat dalam Mendidik Anak", Rayinda mengangkat fenomena yang sering kita lihat sehari-hari: anak-anak yang begitu akrab dengan gawai sejak usia dini.
Menurutnya, paparan berlebihan terhadap layar dan informasi digital (overstimulasi) membuat anak mudah teralihkan, lebih cepat lelah secara emosional, dan sering kali kehilangan kedekatan dengan orangtuanya.
"Anak-anak kita tumbuh dalam dunia yang overstimulasi, sehingga sering kali minim kedekatan emosional. Orangtua perlu hadir bukan hanya secara fisik, tapi juga emosional dan spiritual," ujar Rayinda.
Kehadiran yang dimaksud bukan sekadar menemani anak saat belajar atau bermain, tetapi juga mendengarkan, memahami, dan memvalidasi perasaannya. Hal-hal sederhana seperti memeluk, menatap mata anak saat berbicara, dan menunjukkan empati dapat memperkuat hubungan emosional dalam keluarga.
Menanamkan Tauhid sebagai Fondasi Pengasuhan
Lebih lanjut, Rayinda menekankan pentingnya pengasuhan islami yang berakar pada nilai tauhid. Pendidikan anak sebaiknya dimulai dari kesadaran bahwa Allah Maha Melihat, Maha Mendengar, dan Maha Mencintai. Kesadaran inilah yang akan menumbuhkan karakter kuat, jujur, dan berakhlak mulia.
"Rasulullah selalu berbicara dengan lemah lembut dan penuh kasih sayang. Kita bisa meniru beliau dengan menggunakan kata-kata positif dan membangun saat berbicara dengan anak, serta menghindari kritik yang berlebihan," tambahnya.
Rayinda juga mengingatkan bahwa teladan terbaik datang dari perilaku orangtua itu sendiri. Konsistensi antara ucapan dan tindakan adalah kunci agar anak belajar nilai kebaikan secara nyata, bukan sekadar teori.
UNIMMA dan Gerakan Literasi Pengasuhan Islami
Melalui kegiatan ini, UNIMMA bersama PD Nasyiatul Aisyiyah berupaya memperkuat peran keluarga sebagai fondasi utama pendidikan karakter anak. Selain memperdalam ilmu psikologi keluarga, kegiatan seperti ini juga menjadi wujud nyata kontribusi kampus dalam meningkatkan literasi pengasuhan islami di tengah tantangan era digital.