Di balik dapur industri perbaikan tabung LPG, ada kisah yang jarang terangkat ke permukaan. Ribuan tabung yang keluar-masuk bengkel perbaikan setiap hari ternyata menyimpan cerita tentang beratnya pekerjaan para operator. Salah satunya datang dari PT. Petrogas Prima Services, mitra BUMN yang menangani perbaikan tabung LPG.
Setiap hari, sekitar 500 unit valve afkir, komponen pengatur aliran gas yang sudah tidak layak pakai, harus dipindahkan menggunakan troli konvensional. Padahal, troli tersebut sejatinya hanya dirancang untuk mengangkut tabung, bukan valve dengan bobot rata-rata 60 kilogram per sekali angkut. Operator pun terpaksa membungkuk, mengangkat manual, lalu mendorong beban berat berulang kali sepanjang hari.
Tak heran, keluhan sakit pinggang, lengan, pergelangan tangan, hingga lutut menjadi "menu harian" para pekerja. Kondisi inilah yang menggerakkan Andi Rochiyanto, mahasiswa Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Magelang (UNIMMA), untuk melakukan penelitian skripsi dengan fokus pada redesign troli berbasis ergonomi.
Dari Analisis Risiko ke Solusi Nyata
Penelitian Andi bertujuan mengidentifikasi keluhan musculoskeletal, menganalisis postur kerja menggunakan metode Ovako Working Analysis System (OWAS), serta merancang troli yang sesuai dengan antropometri pekerja Indonesia.
Data dikumpulkan melalui kuesioner Nordic Body Map (NBM) dan observasi lapangan. Hasilnya cukup mengejutkan:
Keluhan paling dominan berada di pinggang (22%), disusul lengan bawah kanan, pergelangan tangan, tangan kanan, dan lutut kanan.
Tingkat keparahan keluhan mencapai 94% (kategori sangat tinggi), dengan frekuensi 83% (sangat sering).
Analisis OWAS menunjukkan postur kerja operator berada pada level risiko tinggi (kategori 3) yang membutuhkan perbaikan segera.
Lahirnya Troli Baru: Ergonomis dan Efektif
Berdasarkan data antropometri, Andi mendesain ulang troli dengan genggaman lebih nyaman, tinggi sesuai rata-rata pekerja lokal, dan kapasitas angkut hingga 100 kg. Modifikasi ini berhasil meningkatkan efektivitas kerja sebesar 19,2% dibandingkan troli lama.
Lebih penting lagi, tingkat risiko kerja menurun drastis. Dari kategori tinggi (level 3) pada OWAS, turun menjadi kategori rendah (level 1) setelah penggunaan troli baru. Artinya, potensi cedera akibat sikap kerja buruk berhasil ditekan secara signifikan.