Bagi dosen, terutama yang baru memulai karier akademik, publikasi ilmiah adalah tonggak penting yang menentukan reputasi dan perkembangan profesional. Namun, di balik dorongan untuk produktif menulis, muncul tantangan besar: membedakan jurnal bereputasi dengan jurnal predator.
Prof. Muji, salah satu tokoh akademik di Universitas Muhammadiyah Magelang (UNIMMA), menegaskan bahwa kunci utama membedakannya terletak pada proses penerbitan. Jurnal bereputasi biasanya menjalani tahapan yang jelas dan ketat, mulai dari pengiriman naskah (submission), penilaian awal (preevaluation), proses tinjauan sejawat (peer review), penyuntingan bahasa dan format (copy editing & proofreading), hingga penerbitan resmi (publication).
Proses tersebut memerlukan waktu berbulan-bulan, namun di situlah kualitas dijaga. Setiap kesalahan penulisan, data, atau penyajian akan dikoreksi agar hasilnya sesuai standar internasional. Ciri lain jurnal berkualitas antara lain tata letak rapi, bahasa mudah dipahami, tabel dan gambar mengikuti aturan internasional, serta riwayat tinjauan yang jelas dan dapat dilacak.
Sebaliknya, jurnal predator kerap memiliki tampilan seadanya, menggunakan format lokal tanpa penyesuaian internasional, dan menawarkan proses publikasi kilat seperti "submit hari ini, publish besok" atau "LoA dalam seminggu". Menurut Prof. Muji, tawaran semacam ini harus dihindari, meskipun bagi dosen muda yang dikejar target publikasi terdengar menggiurkan.
"Lebih baik sejak awal kita menggunakan cara-cara yang fair saja. Seorang editor menerbitkan jurnal untuk memuat karya orang lain, bukan curhat pribadinya. Pastikan kita adalah salah satu dari orang lain itu dengan karya yang layak," tegas Prof. Muji.
Dengan memahami proses, ciri, dan etika publikasi, dosen pemula dapat menghindari jebakan jurnal predator sekaligus menjaga integritas akademik. Pesan ini menjadi pengingat bahwa reputasi ilmiah tidak dibangun dengan kecepatan, melainkan dengan kualitas dan kejujuran. (Ening Widi)
muji.blog.unimma.ac.id
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI