Sadar telah berbuat kesalahan fatal, ia terduduk, bersimpuh menghadap kiblat. Tangannya tengadah ke atas, air matanya kembali membanjir. Bibirnya bergetar hebat memohon ampunan pada Allah.
Ia tersadar telah menodai hati dengan kemarahan kepada rekan sekamarnya. Mereka salah, namun Lathifah pun keliru yang tak menyelesaikan persoalan dengan bijak.
Lathifah terus melantunkan istigfar dengan tubuh bergetar. Sejurus kemudian, pandangannya seolah digiring ke kanan. Menakjubkan, ternyata toilet yang dicarinya hanya berjarak beberapa meter di sebelah kanannya.
Lathifah bersujud dan mengucapkan sukur tiada terkira. Ia segera bangkit dan berlarian ke arah toilet serupa bocil yang kegirangan karena mendapat coklat.
Tanpa menunggu waktu ia segera berwudhu. Membasahi anggota wudhunya dengan air yang mengalir deras dari kran yang berjejer rapi. Kesejukan menjalar saat air menyentuh kulitnya.
Sejurus kemudian, ia segera memasuki Masjid Nabawi. Tak lupa meneguk air zam-zam dan segera menunaikan beberapa rakaat solat sunat. Sujudnya begitu panjang. Jiwanya melebur dalam kekhusukan. Aroma keberkahan melekat kuat. Ia berlama-lama di sana seolah sedang bermanja dengan Sang Khalik.
Selepas Asar ia kembali ke hotel. Bergegas menemui teman sekamarnya yang tadi siang menjadi sasaran kemarahannya. Ia menghaturkan permohonan maaf, memperlihatkan penyesalan yang tulus. Tak lupa mencium tangan wanita sebaya ibunya itu dengan takzim. Si ibu juga minta maaf.
Lathifah pun lebih berhati-hati dalam melangkah agar tak terjerumus di lubang yang sama. Ah, Allah begitu menyayanginya. Diberikan teguran dengan cara yang indah tanpa menyakiti atas kekhilafan yang dilakukannya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI