Mohon tunggu...
Herlin Variani
Herlin Variani Mohon Tunggu... Guru - Penulis Parents Smart untuk Ananda Hebat, Guru, Motivator

Penulis Parents Smart untuk Ananda Hebat, Guru, Motivator

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Rupa-rupa Roman Guru

29 November 2020   11:26 Diperbarui: 29 November 2020   18:36 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri. Penulis Parents Smart untuk Ananda Hebat

"Keyakinan seseorang mengenai kemampuan dirinya sangat berpengaruh pada kemampuan itu sendiri." (Albert Bandura,1988)

Bagi teman-teman yang berprofesi sebagai guru, akan melihat begitu banyak corak karakter yang terlihat melekat pada pribadi sosok rekan sejawat. Begitu pun yang dirasakan oleh siswa.

Berangkat dari pengalaman saya sendiri yang pernah menjadi seorang siswa, juga merasakan hal yang sama. 

"Ups, pernah sekolah juga rupanya. Pernah dong."

Alhamdulillah sekarang berprofesi sebagai seorang guru. Di zaman sekolah tempo dulu, kerap menemui guru penyayang, perhatian, ramah, ceria serta guru dengan sikap-sikap positif lainnya.

Namun juga pernah ketemu guru yang acap kali masuk black list para siswa. Biasanya, guru yang masuk daftar gelap ini kudu memiliki sikap yang membuat siswa tak nyaman. 

Seperti; kerap marah, suka memerintah, sering membanjiri siswa dengan tugas bahkan kerap menghadiahi siswa dengan beraneka hukuman.

Nah, bapak/ ibu guru yang memiliki karakter seperti ini, cenderung ketidakhadirannya di kelas melahirkan rona bahagia di wajah siswa. Tak jarang juga, beliau memperoleh gelar-gelar miring dari siswa. 

Itu kejadian di zaman saya. Namun, Alhamdulillah, saya tak pernah melabeli guru saya dengan istilah-istilah buruk. Karena, orangtua selalu mengajarkan,bahwa guru itu sosok mulia dan berharga.

Nasihat guru harus didengarkan. Jangan pernah melawan dan melukai hati beliau. Dengan nasihat ibu yang tak pernah reda ini, saya dan adik-adik memilih selalu mematuhi guru. Jika ada yang tak disukai dari beliau, kami cenderung diam. Tak berani memberi komentar macam-macam.

Nah, belum lama ini saya mendapat pengetahuan unik dari sebuah webinar khusus untuk guru yang diadakan secara virtual. Salah satu topik yang menarik perhatian saya adalah adalah tipe-tipe guru.

Paparan tentang corak pada guru ini sungguh menggelitik. Hingga mencuat tanya dalam diri. Saya termasuk golongan yang mana. Hehehe. Semoga masuk golongan yang terbaik lah ya.

Menurut nara sumber saat itu, yakni Bu Ammy Fiddyanti,S.Si,M.Pd, ada beberapa tipe guru. Diantaranya:

Dokpri. Ammy Fidyanti, S.Si,M.Pd
Dokpri. Ammy Fidyanti, S.Si,M.Pd

Pertama: Guru nyasar. Istilah ini sungguh terlihat kocak dan unik. Hingga saya tertawa membacanya. Di zaman sekolahan dan di kampus, saya sempat mengenal istilah siswa dan mahasiswa salju. Salah jurusan.

Tersebut salju, karena siswa ini terlanjur masuk jurusan IPA. Namun ternyata kemampuan dan bakatnya cocok untuk ilmu-ilmu sosial. Begitu pun sebaliknya. 

Di dunia kampus tak jarang juga kita temui mahasiswa salju. Kuliah dijurusan yang sedang ditekuninya karena memenuhi keinginan pihak-pihak tertentu.

Kadang memilih jurusan tertentu karena berpikir, jurusan itu prospek kerjanya lebih menjanjikan. Yang lebih bahaya lagi, memilih konsentrasi tertentu dari pada tidak kuliah. Ini cukup berbahaya.

Kondisi seperti ini bisa berdampak membuat seseorang kurang bersungguh-sungguh dalam menekuni pilihannya. Begitu jiga jika hal ini menimpa seorang pendidik.

Berkarir sebagai seorang guru, karena kebetulan hanya peluang ini yang didapat. Atau hanya ingin memenuhi keinginan pihak-pihak tertentu. Menjadi seorang guru bukan karena keinginan yang terlahir dari hati, ini akan membuat kualitas pengabdian  menurun.

Akibatnya, terlahirlah sebagai sosok pendidik yang asal tanggung jawab selesai. Pekerjaan tuntas. Enggan meng-upgrade diri. 

Kerap mempersembahkan segala sesuatu terkait pembelajaran pada siswa yang sifatnya biasa-biasa saja. Jarang memberikan sesuatu yang istimewa dan berkualitas.

Kedua: Guru bayar. Nah, ini tipikal guru yang akan berbuat sesuai kekuatan imbalan yang akan diterima. Semakin tinggi honor yang menanti, semakin berisi yang akan dipersembahkan.

Jika tak ada komisi, ia tidak akan memberikan apa pun. Tujuan setiap langkah hanya komisi semata. Semua dihitung pakai angka-angka dan rupiah. Pendidik tipikal seperti ini menjadikan honor sabagai tujuan utama.

Ketiga: Guru sadar. Ini tipikal guru yang sangat menyadari peran strategis yang dimilikinya sebagai seorang guru. Ia memiliki keyakinan, sekecil apa pun kebaikan yang disajikan pada peserta didik akan berdampak besar nantinya.

Begitu juga sebaliknya. Sedikit saja kekhilafan yang dilakukan itu akan dapat menciderai jiwa dan harapan siswanya. Hal ini akan membuatnya sangat berhati-hati dan telaten dalam berbuat.

Tipikal guru sadar, akan berupaya menjadi yang terbaik dan memberikan yang tebaik pada siswa murni karena keinginan dari nuraninya. Tak terpengaruh karena jumlah gaji yang didapat.

Tak gentar jika tindakannya hari ini yang akan menyelamatkan siswa di masa depan tak mendapat dukungan penuh dari atasan atau rekan sejawatnya.

Dokpri. Penulis Parents Smart untuk Ananda Hebat
Dokpri. Penulis Parents Smart untuk Ananda Hebat
Bukan tak mungkin ujaran cemoohan akan menghampiri. Namun ia tak peduli. Mengingat dihatinya telah terpatri sebuah keyakinan. Bahwa menorehkan corak indah penuh kasih sayang di hati siswa akan membuat mereka lebih berani dalam mewujudkan cita untuk meraih kejayaan dalam hidupnya.

So, ketika tugas sebagai seorang guru telah bertahta di pundak anda. Sadarilah, bahwasanya Allah telah memberikan kepercayaan penuh pada anda. Untuk membatik di hati para siswa. Berikan sentuhan terbaik hingga lahir corak-corak mengagumkan. 

Yakinilah, bahwasanya tak ada yang kebetulan di atas muka bumi ini. Ketika tanggung jawab sebagai guru sampai di tangan, itu pertanda anda dipercaya oleh yang Maha Kuasa. Bahwasanya anda layak mengantarkan siswa anda menuju kejayaan dalam hidupnya.

Lahirkan prasangka-prasangka positif untuk diri anda. Dengan begitu anda akan mampu menjadi yang terbaik dan melahirkan yang terbaik. 

Seperti yang disampaikan oleh seorang psikolog dari Universitas Pennsylvania, Martin Seligman, menemukan bahwa sebagian orang bereaksi lebih sensitif terhadap prasangka.

Yuk, mari berjuang menjadi guru terbaik. Berikan konstribusi terbaik untuk mencetak generasi penerus bangsa yang berkualitas secara lahiriah dan batiniyah

Bismillah 

Ruang Mimpi, Ahad, 29 November 2020

Bahan Tulisan:

Paparan Bu Ammy Fidyanti, S.Si,M.Pd

Buku Quantum Teaching: Bobbi DePorter,dkk

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun