Ini akan memudahkan dalam menumbuhkan budaya segera mencuci. Mengapa? Ya, jika sudah terlihat isi rak mulai sedikit, maka tak ada alasan untuk tidak segera mencuci.
Saat itu juga kita akan berpikir, "Wah bakal gak ada piring atau gelas bersih lagi nih". Dan rasa malas pun bisa segera teratasi. Yeeaa.
Untuk baju, sebisa mungkin yang sudah jarang dipakai dan masih bagus, hibahkan. Disamping untuk kemaslahatan, juga demi menjaga agar tidak menumpuk kemalasan. Kok bisa?
Coba kita bayangkan. Jika masih tersimpan banyak baju di lemari pakaian, maka pikiran kita pasti akan fokus pada kalimat, ah masih ada kok tenang saja. Namun jika kita letakkan secukupnya, kita akan berpikir sebaliknya. Dan kegiatan mencuci pun dilakukan dengan segera.
Bertanggung jawab atas peralatan pribadi
Setiap anggota keluarga diusahakan memiliki peralatan pribadi. Gelas, piring, bahkan sendok sendiri. Ini sangat penting. Disamping untuk kesehatan, juga melatih kedisiplinan. Sesudah dipakai, wajib segera dicuci.
Otomatis budaya segera mencuci pun akan tumbuh dengan sendirinya. Karena masing-masing anggota keluarga memiliki peralatan berbeda yang harus dijaga.
"Ini kan gelas Mamas, ya berarti Mamas dong yang nyuci"
Begitulah si bungsu berkilah, jika sang kakak lupa mencuci gelas miliknya. Kalau tak dilakukan segera maka dia pun tak punya gelas berikutnya. Dan tak boleh meminjam punya si adik atau anggota keluarga lainnya.
Bukan berarti melatih pelit atau tidak mau berbagi ya. Namun ini untuk menumbuhkan sikap tanggung jawab juga budaya segera mencuci.
Begitu juga dengan baju. Masing-masing bertanggung jawab atas baju sendiri. Sehabis dipakai, langsung dicuci. Untuk para bocil biarkan mencuci sebisa mereka. Yang penting mereka mau berusaha dan tau kalau sudah kotor langsung dicuci segera.