"Manusia adalah makhluk sosial yang tak bisa hidup sendiri"
Ungkapan ini kerap kita temui dalam kehidupan. Hal ini tentu saja menjadi fenomena yang tak mungkin dihindarkan. Ketika manusia satu membutuhkan manusia lain untuk saling memberi pun menerima. Sudah menjadi catatan tinta-Nya, sekaligus merupakan fitrah manusia dalam menuai kehidupan fana.
Di dunia ini manusia tak mungkin bisa hidup tanpa berinteraksi dengan sesama. Pun mengarungi indahnya kehidupan yang bersekutu dengan warna warni semesta. Jika dijalani bersama tentu kan terasa lebih indah meski berada dalam samudera nestapa.
Begitulah yang dilakukan salah satu rekan Kompasianer kita, Mba Widz. Salut dengan gerakan berbagi yang digalakkan. Dalam menyikapi tanda kesyukuran dilakukan dengan cara berbeda. Berbagi bahagia dengan sesama. Merupakan hal yang sungguh bijaksana. Beliau meyakini ini sebagai sebuah lingkaran kebaikan.
Ya, lingkaran kebaikan. Aku sungguh terpana dengan dua kata yang beliau ungkapkan. Dimana lingkaran itu sendiri merupakan bidang datar yang cukup mudah digambarkan. Sederhana, tanpa ada sudut yang menjadi penghalang.
Dalam jagokata.com pun disebutkan bahwa lingkaran merupakan garis melengkung yang kedua ujungnya bertemu pada jarak yang sama dari titik pusat.
Ya, betul sekali jikalau kita menggambar sebuah lingkaran maka titik awal akan bertemu dan berakhir pada ujung yang sama. Begitupun niat baik Mba Widz, sederhana bagai lingkaran yang begitu mudah digambarkan.
Ini tentu senada dengan maksud yang diutarakan dalam sebuah artikel di laman beliau beberapa waktu lalu. Menurut beliau lingkaran kebaikan, suatu saat akan kembali ke asalnya. Sungguh mudah diterima dengan logika manusia. Bagai lingkaran di mana titik akan bertemu pada tempat semula.
Kebaikan merupakan hal mulia. Tulus. Begitulah yang tersentuh pada ruang yang begitu halus. Kebaikan teramat merdu dilantunkan. Pun sangat indah dilakukan. Kebaikan akan berputar pada porosnya hingga menemui titik asalnya.
Menjadi hal menarik. Ketika sebuah lingkaran kebaikan diwujudkan melalui tulisan. Di saat jarak terbentang samudera, bahkan beda benua pun tak jadi hambatan. Merealisasikan niat baik tentu wajib mendapat dukungan.
Di saat fenomena kehidupan dunia yang kian marak. Kesempatan untuk berbagi tentu sangat jarang didapat. Namun Mba Widz memilih untuk menepi. Mencari jiwa-jiwa yang membutuhkan uluran berbagi. Merupakan sebentuk rasa menyayangi. Berbagi kepada yang berhak diberi.
Lingkaran kebaikan yang ditularkan. Kiranya menjadi sebuah tauladan. Patut kita semat dalam kehidupan. Menggandeng pena mengurai sebentuk kata. Mencari hati hati yang nestapa. Untuk disemai benih bahagia.
Hal ini sungguh sayang jikalau dilewatkan. Apalagi mendapat kesempatan mengulurkan segenap jemari tangan. Merupakan hal indah yang wajib ditautkan. Ketika jemari menggelar kata. Teruntai pada selaksa makna. Kiranya hati kan tersentuh. Dalam kacamata pena hingga menembus ruang teduh.
Mewujudkan lingkaran kebaikan melalui tulisan. Tak ada kata selain melanjutkan niat penuh ketulusan. Kemuliaan menjadi sabuk yang disematkan. Nyata dalam sebentuk asa, tak ada kata yang tak mungkin diwujudkan. Indahnya berbagi melalui ujung pena sebagai senjata yang kerap digunakan.
Jelang malam tadi kulangkahkan kaki menuju bilik sederhana di tepian desa. Kulihat wajah lembut mulai menyapa. Mba Ida, menjadi salah satu penerima kado istimewa. Gadis muda yang menggenggam semangat kuat demi satu kata "sehat".
Beliau menderita sakit yang cukup serius pada beberapa waktu lama. Ada masalah jantung pun kista dalam rahimnya. Aku terharu ketika menyerahkan amanah, seuntai bingkisan manis dari Mba Widz.
Kusampaikan dengan hati berbunga. Mba Ida menerima dengan penuh bahagia. Sebentuk ucapan terimakasih pun salam hangat teriring doa untuk Mba Widz dan keluarga. Sehampar batin yang sama pun tertuju pada Mba Ida, semoga selalu diberi kemudahan dalam menjalani proses penyembuhan.
Pada akhirnya kebaikan tak akan pernah salah jalan. Hingga lingkaran yang menjadi bidang begitu sederhana namun menuai makna istimewa. Serta tulisan sebagai salah satu media dalam menemukan titik temu hingga kembali ke asal di mana kebaikan ditanamkan.
Terimakasih Mba Widz semoga benih kebaikan yang disebarkan. Yakin, satu saat pasti berbuah manis hingga menjadi ladang amal dalam menuang kebaikan-kebaikan berikutnya. Ketika musim panen tiba, Mba Widz tentu bahagia sebab buah kebaikan kan kembali pada asalnya jua.
Gerakan berbagi yang telah Mba Widz laksanakan. Sungguh membuka alam pikiran. Sebagai bentuk mewujudkan lingkaran kebaikan. Melalui tulisan kita bisa melakukan hal yang begitu menakjubkan. Barakallah.
Sumber referensi https://jagokata.com/arti-kata/lingkaran.html
Niek~
Jogjakarta, 15 Februari 2020