Mohon tunggu...
Andi Bunga Tongeng
Andi Bunga Tongeng Mohon Tunggu... lainnya -

Relawan Anak Lemina, Fasilitator Kelembagaan SulSel WASH-UNICEF, Relawan Kelas Inspirasi dan Penyala Makassar

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Nikmatnya punya Bank sendiri

14 Juni 2015   10:54 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:03 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bayangkan jika uang yang anda miliki sekarang, disimpan di bank milik sendiri dan bisa diakses dimana-mana dan kapan saja. Tentunya amat memudahkan bagi anda.

Sejak mengenal kartu debit di tahun 2000-an, saya akhirnya memiliki bank sendiri yang bisa dibawa kemana-mana. Bank yang saya maksud, bukan bank yang sebenarnya, seperti yang kita ketahui, melainkan sebuah akun rekening bank. Dengan sebuah kartu debit dan telepon genggam, saya merasa memiliki bank sendiri.

Teringat jaman sekolah dulu, saat saya harus studi banding ke dua provinsi. Meski saat itu sudah memiliki rekening di salah satu bank, namun karena belum ada bank yang terbitkan kartu debit, maka jadilah saya harus menggulung-gulung uang senilai 1 juta lebih, mengikatnya dengan karet gelang dan menyelipkannya di dalam kopor.

Saat itu, rasanya tak mungkin saya harus ke bolak balik ke bank, setiap kali membutuhkan. Terlebih harus mobile ke sana kemari di provinsi lain, yang tak saya kuasai letak banknya.

Mengenal transaksi non tunai, membuat saya serasa menjadi salah satu pemilik bank di Indonesia. Menyenangkan. Bertransaksi apa saja, cukup ke ATM atau gesek, bahkan sering cuma dengan bantuan telepon genggam. Transaksi perbankan tanpa harus ke bank.

Awalnya, menyetor atau mentransfer uang, harus datang membawa tunai ke bank. Transferpun harus ke bank yang sama. Lambat laun, transfer uang sudah bisa lewat ATM dan SMS banking. Saat ini, dengan ATM BERSAMA, malah bisa mentransfer uang ke bank yang berbeda dari ATM yang berbeda pula.

Meski mesin ATM semakin hari semakin mudah ditemui, namun saya lebih menjadi penikmat fasilitas SMS banking. Tinggal pencet-pencet telpon genggam kan? Jika ada pilihan yang lebih mudah, kenapa tidak.?

Di Makassar, setahun terakhir, beberapa bank sudah menempatkan mesin-mesin ATM untuk transaksi setor tunai, baik di ATM centre jalan protokol, maupun di pusat perbelanjaan. Aha! Tidak harus ke bank untuk menyetor. Setor lewat ATM pun, cukup memudahkan, karena bisa menggunakan pecahan terkecil 20.000. Asyik kan?

Bagaimana jika ingin belanja? Gampanglah. Jika ingin belanja kebutuhan dapur atau rumah, yang nilainya kecil di pasar tradisional atau kios kecil di kompleks perumahan, tetap harus pakai uang tunai. Ambilnya di ATM terdekat yah. Tapi jika belanjanya sudah di mart-mart yang sekarang sudah banyak di Makassar, cukup gesek dengan kartu debit.

Di pasar-pasar besar, seperti pasar Butung atau pasar Sentral, yang bukan mall atau pusat perbelanjaan modern, banyak pedagang yang sudah menyediakan mesin untuk menggesek kartu debit maupun kartu kredit. Sehingga, bagi yang ingin belanja kain, mebel, ataupun bahan bangunan, tak perlu repot-repot membawa uang tunai. Minggu lalu, saya membeli kain senilai 100.000 dengan membayar menggunakan kartu debit.

Selain belanja, kebutuhan membayar sejumlah tagihan, saat ini jauh lebih mudah lagi dengan transaksi non tunai. Menghindarkan diri dari antrian di loket. Kembali, saya memilih memencet-mencet tombol telepon genggam. Mulai dari bayar telepon rumah, beli pulsa, asuransi, sampai bayar zakat dan infaq pun, sudah bisa lewat SMS banking.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun