Mohon tunggu...
Nurhasanah Munir
Nurhasanah Munir Mohon Tunggu... Mahasiswa - Taruna

I'm a dreamer and wisdom seeker// Ailurophile// write to contemplate

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Fenomena Munculnya Para Pendakwah Instan

16 Juni 2017   11:39 Diperbarui: 18 Juni 2017   01:35 2452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

Saya berharap agar masyarakat muslim di Indonesia juga mendapat kesempatan untuk menggali nalar, logika, dan rasionya untuk bisa berpikir sistemati, kritis dan luas untuk merespon masalah-masalah yang terjadi dengan menggunakan beberapa teori dari berbagai disiplin ilmu, sehingga akan melatih daya pikir dan daya rasa untuk melihat masalah dari kacamata yang lebih bersifat komprehensif, tidak setengah-setengah, tidak ambigu, dan yang paling jelas tidak menyebabkan kesesatan berpikir dan berpendapat. Secara tradisi, saya pribadi lebih memilih belajar dalam bentuk sorogan atau klasikal, guru atau ustadz atau kyai serta murid-murid hadir bersama dalam suatu kelas, menggunakan sebuah atau beberapa kitab sebagai marja'atau referensi atas sebuah topik yang sedang dibahas.

Lepas dari itu semua, saya mengingat memori kembali bahwa kaum alim ulama yang produktif menghasilkan karya, seperti Prof. Dr. Haji Abdul Malik Amrullah  (Buya Hamka), beliau memiliki karya di bidang sastra hingga tafsir yang diberi nama Tafsir Al-Azhar, juga menuliskannya saat masih berada dalam penjara. Prof. Dr. Quraish Shihab juga sebagai seorang ahli tafsir memiliki karya bernama tafsir al-Misbah serta karya-karya buku lainnya. Dan juga para pengkaji Islam lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu. Mereka memiliki komitmen untuk mensyiarkan agama Allah, dan juga untuk mengabarkan berita gembira tentang khazanah Islam yang luas dan dalam.

Baik karya klasik maupun modern selama masih relevan dengan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat, maka bisa menjadi referensi untuk menemukan solusi. Karya-karya keduanya menjadi masterpieceabad ke-21, yang mana hal tersebut dibilang masih cukup minim jika dibandingkan dengan kecanggihan teknologi yang dapat mempermudah terwujudnya sebuah karya. Lagi-lagi kita harus menyadari bahwa karya seorang yang alim bukan tentang teknologi canggih, tapi tentang ilham dan hidayah yang Allah berikan kepada siapapun yang Dia kehendaki, begitu juga sebuah karya tak lahir dengan proses singkat, melainkan dengan ujian dan tantangan.

Peran kedua alim dan ulama yang disebutkan diatas, justru tidak sebanding dengan peran (yang disebut) sebagai ulama masa kini. Kepandaian retorika memang penting dimiliki, namun akan lebih penting dan berguna lagi jika kepandaian tersebut disertai dengan kepandaian dan pemahaman yang luas tentang sumber ilmu pengetahuan yang lainnya. Saya belum melihat para ustadz serta ustadzah entertainment membahas sebuah kitab klasik atau modern dari macam-macam disiplin ilmu, seperti ilmu manthiq (logika), ilmu kalam (teologi), filsafat, 'irfan, dan seterusnya. 

Kitab tersebut yang kemudian digunakan untuk menjawab isu-isu sosial, ekonomi, kemanusiaan atau tentang diskriminasi terhadap perempuan. Kebanyakan dari mereka hanya membahas yang sudah menjadi tema tahunan, dan disampaikan berulang kali, sehingga daya nalar dan kritis tidak tumbuh dengan baik untuk mewujudkan manusia yang berilmu dan berakhlak mulia secara lahir dan batin.

Umpamanya, jika kita hanya belajar ilmu fiqh, maka pikiran kita dan tema diskusi yang kita senangi hanya berkutat pada diskursus dalam ilm fiqh saja. Akan terasa perbedaanya, jika kita senang belajar dari berbagai macam ilmu dan ulama. Kelakuan kita dalam berpikir akan meleleh dengan sendirinya, seiring dengan jumlah cahaya yang menerangi otak kita yang berasal dari berbagai macam sumber tadi. Kita dapat menelusuri dan membuat perbandingan tentang gaya para alim ulama dalam menorehkan ide, gagasan dan pemikirannya ke dalam tulisan-tulisan yang hidup.

Daya pikir dan nalar masyarakat muslim Indonesia seringkali terkungkung dan terjebak pada satu dogma yang disampaikan oleh figur yang diidolakan. Dan yang terjadi adalah taklid buta, sedangkan hal ini adalah dalil adanya kemunduran dalam mencapai ridho Allah ta'ala dalam mencari ilmu. 

Kemudian, dengan mengikuti figur yang tidak memberikan banyak pilihan untuk memperkaya khazanah keilmuan dan upaya dialog interaktif dengan membahas aneka problematika adalah sebuah dilema yang dihadapi masyarakat muslim Indonesia khususnya karena disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya: 1) tidak memiliki akses informasi tentang ulama yang memiliki kualitas dan kapasitas keilmuan yang luas dan lengkap, 2) menutup diri untuk menambah wawasan, karena merasa yang diperoleh sudah terlampau cukup untuk dipahami sampai akhir hayat. Begitulah ciri-ciri orang yang mengalami kejumudan berpikir dan belajar.

Fenomena kecenderungan dan kegandrungan terhadap ustadz atau ustadzah yang khusus tayang untuk kebutuhan hiburan seharusnya diteliti kembali secara bijaksana, dengan menanyakan nurani yang paling dalam, adakah kita sudah merasa cukup dengan belajar melalui figur-figur tersebut yang hanya mengandalkan media sosial untuk menyampaikan dakwah Islam, serta tidak menghidupkan kembali tradisi mempelajari dan mengkaji karya-karya alim ulama klasik dan modern untuk memperkaya pengetahuan yang lebih variatif dan luas. 

Oleh karena itu, membangun kesadaran akan kebutuhan untuk belajar dalam lingkungan umat muslim amatlah penting diperhatikan, tidak merasa cepat puas dengan apa yang sudah diketahui akan memberikan kita banyak kesempatan untuk memperbaiki diri, dan belajar lebih luas lagi. (wallahu a'lam bishawwaab)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun