Salah satu tujuan pengajaran dan pendidikan adalah membangun kepribadian manusia. Diantara yang lain, aspek spiritual adalah pengembangan yang jarang diperhatikan dalam sistem pendidikan di Indonesia sekarang. Para pemangku kebijakan hanya berorientasi pada prestasi dan pencapaian anak didik, tapi lupa menelaah dan memperhatikan pengembangan spiritual. Pada kenyataannya, anak-anak didik hanya dipacu untuk melaksanakan hak dan kewajiban untuk menunjang pendidikan serta untuk mencapai jenjang-jenjang yang lebih tinggi, sementara hak ruhaninya terabaikan.
Ruh merupakan poros bagi seluruh aktifitas manusia, karena ruh akan saling terkait dan terhubung dengan segala sesuatu diluar diri manusia. Dalam pengembangan spiritual, ruh dididik untuk senantiasa mengingat kepada Sang maha Pencipta, untuk itulah ruh bertugas untuk mengawasi akal dan anggota tubuh dalam menjalankan tugas masing-masing. Pendidikan dan pengembangan spiritual (ruhani) dalam Islam diatur sedemikian tertib dan rasional, sebab hal ini yang menjadi fokus utama dalam sistem pendidikan yang harus dijaga dan dikembangkan. Dan belum ditemukan sistem pendidikan yang seperti ini di dunia Barat. Islam juga menekankan pada ketinggian nilai jiwa dan ruhani manusia, serta menjaga kemuliaannya dari hal-hal yang bisa merusak kemurnian jiwa itu.
Manusia diciptakan dengan segala kelebihan dan kekurangan, keduanya disebut sebagai potensi. Jadi manusia memiliki dua poros potensi, yaitu yang berupa hal-hal yang membuatnya lemah dan hal-hal yang membuatnya merasa cukup bermanfaat untuk berbagi pengetahuan kepada sesamanya. Saat anak-anak dapat berinteraksi dengan lingkungannya, hal ini dapat melatih potensi-potensi tersebut dalam dirinya, ia akan dididik dan diajar oleh alam. Disadari atau tidak, anak-anak yang mendapat pendidikan dan pelajaran dari alam (baca: lingkungan) akan menjadikan dirinya sebagai manusia yang arif, memahami nilai-nilai kehidupan dengan sangat baik.
Manusia merupakan cerminan akhlaknya, dalam beberapa keadaan akhlak diidentikkan dengan  moral, tingkah-laku, sikap, atau etika. Dalam pengembangan spritual harus diperhatikan juga etika terhadap Sang Pencipta, setiap  insan memiliki fitrah tauhid, yakni mengEsakan Dzat Allah, dan mengakui bahwa Muhammad adalah utusan-Nya. Spiritualitas tidak akan berarti sama sekali tanpa ada sikap ketundukan dan kepatuhan terhadap Sang Pencipta alam semesta dan segala isinya. Dzat Maha Tinggi yang telah memberikan manusia beragam macam potensi untuk diaktualkan sehingga dapat membawa manfaat bagi diri dan lingkungannya.Â
Adanya kerjasama yang baik, terutama dalam hal komunikasi antara anggota keluarga dan lebih khusus orangtua, masyarakat serta para pendidik akan memudahkan pekerjaan rumah bangsa Indonesia, pemerintah akan sangat terbantu karena masyarakat begitu peduli dan menyadari bahwa kemajuan pendidikan di Indonesia adalah tanggung jawab kita bersama, bergotong-royong demi menciptakan dunia pendidikan yang ideal, sesuai dengan cita-cita para pendiri negara ini.
Anak-anak Indonesia selalu menjadi harapan bangsa, mereka diharapkan sekali untuk menjadi pribadi yang memiliki jiwa cinta tanah air, agama, dan bangsa. Sosok yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, sehingga mereka dapat mengejewantahkan nila-nilai kearifan antar sesama. Indonesia akan menjadi lebih indah bila anak-anak yang lahir, tumbuh dan berkembang mendapat perhatian khusus dari seluruh pihak. Anak-anak dapat menjalani kehidupan di rumahnya sendiri dengan nyaman dan tenteram. Masa depan yang cerah telah disiapkan untuk mereka, sekarang marilah kita saling membantu untuk mewujudkannya!