Mohon tunggu...
UMU NISARISTIANA
UMU NISARISTIANA Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

umunisaristiana26@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Enam Penyesalan di Usia 25-an yang Bisa Kamu Atasi Saat Usia Belasan

22 April 2021   12:00 Diperbarui: 22 April 2021   11:58 853
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Baru-baru ini saya tersadar jika kemampuan berjualan sangat penting untuk dimiliki. Terlebih saat ini persaingan mendapatkan pekerjaan menjadi sangat ketat bukan hanya dengan seumuran tetapi persaingan antar generasi bahkan antar negara. Hal ini menjadi semakin sulit untuk mendapatkan pekerjaan dengan upah yang tinggi. Sedangkan, kebutuhan semakin bertambah bukan hanya sandang, pangan dan papan tetapi terknologi (gadget dan kuota internet) juga sudah menjadi kebutuhan primer. Dari sini, maka tidak heran jika berjualan atau berdagang menjadi alternatif cukup signifikan untuk bertahan hidup terlebih di masa pandemi. Saya menyesal, tidak sedari dulu belajar berjualan hanya karena malu dan gengsi. Apalagi dulu, berjualan di sekolah memiliki kontoasi negatif di kalangan teman-teman. Seperti; orang tua tidak mampu membiayai anaknya atau kekurangan uang.

5. Tidak menguasai bahasa asing

Saya teringat ucapan guru bahasa inggris di SMP, beliau mengatakan bahwa penting bagi kita menguasai bahasa inggris. Dan saat itu hati kecil saya membantah "kan saya nggak mau ke luar negeri ngapain belajar bahasa inggris". Tetapi, saat ini saya sangat menyesal mengapa tidak mendengarkan guru saya. Sebab ternyata menguasai bahasa inggris bukan hanya untuk tinggal di luar negeri tetapi nyatanya globalisasi membuat kehidupan di Indonesia sudah serasa di luar negeri. Bahkan, saat ini menguasai bahasa inggris mampu menaikkan status sosial kita, dianggap sebagai orang pintar dan terpelajar. Orang yang menguasai bahasa inggris cenderung memiliki banyak peluang dalam hal karir maupun pergaulan. Bahkan untuk menjadi guru PNS di DKI Jakarta saja harus melampirkan sertifikat TOEFL atau IELTS.

6. Tidak bersungguh-sungguh dalam beribadah

Adanya stereotype di sekolah bahwa ekskul rohis adalah kumpulan anak cupu serta anak yang menghabiskan waktu di mushola sekolah dianggap tidak populer. Membuat saya jarang shalat dhuzur di sekolah, bahkan anak-anak hanya akan shalat dhuha saat dekat waktu Ujian Nasional. Tapi ternyata, saya baru menyadari bahwa ibadah itu sebuah kebutuhan bukan kewajiban. Banyak teman-teman sekolah saya yang dahulu dikenal "cupu" dan sering dibully karena sering berada di mushola sudah mulai sukses (memiliki karir bagus dan pendapatan cukup), sedangkan teman-teman saya yang dahulu masuk dalam gang anak-anak pintar, popular atau sering membully justru karirnya tidak begitu gemilang. Meskipun, asumsi saya ini tidak mutlak. Setidaknya bisa menggambarkan apa yang terjadi di sekitar saya.

Ungkapan orang dahulu bahwa "orang pintar akan kalah dengan orang bejo" memang benar-benar terjadi di sekitar saya. Sayangnya, ke-bejo-an atau keberuntungan tidak dapat diprediksi. Salah satu cara agar kita menjadi orang yang beruntung adalah dengan mendekatkan diri kepada Tuhan, sebab apapun yang akan terjadi didalam hidup tidak akan lepas dari kehendak Tuhan.

Itulah keenam hal yang saya sesali semoga bisa menjadi pelajaran bagi teman-teman yang masih usia belasan agar tidak memiliki penyesalan yang sama seperti saya di masa depan. Jadi, mana dulu yang mau kamu koreksi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun