Cairan eco lindi dibuat dari air lindi hasil sampah organik yang diekstrak dengan bahan tambahan seperti air lindi, asam sulfat, molase (tetes tebu), dan EM4 (biokatalis). Selain mengurangi bau, cairan ini juga berfungsi sebagai pupuk cair yang bermanfaat untuk menyuburkan tanah.
Proses Pembuatan Eco Lindi
Tim KKNP Umsida menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan eco lindi, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
- Â Pengambilan air lindi. Air lindi diambil dari sampah organik yang sudah membusuk secara alami.
- Â Pencampuran bahan tambahan. Air lindi dicampurkan dengan bahan tambahan seperti asam sulfat, molase, dan EM4 untuk mempercepat proses pengekstrakan.
- Â Proses ekstrak. Campuran tersebut didiamkan selama 3 hingga 4 hari agar proses ekstrak berlangsung optimal.
- Â Pengenceran eco lindi: Setelah proses ekstrak selesai, cairan eco lindi diencerkan dengan perbandingan 1 liter eco lindi : 10 liter air bersih.
- Â Penggunaan di TPA. Cairan yang telah siap disemprotkan ke tumpukan sampah untuk mengurangi bau yang dihasilkan.
Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan ini dilaksanakan di TPA desa Sentul dengan partisipasi aktif dari masyarakat setempat.Â
Mengingat keterbatasan sampah rumah tangga, tim KKN menggunakan sampah bulu ayam sebagai media uji coba.Â
Acara ini disaksikan oleh Ervan, kepala dusun yang mewakili kepala desa. Hasil dari penyemprotan di TPA menunjukkan bahwa bau sampah berkurang secara signifikan.
Ervan mengatakan, "Saya mengapresiasi inisiatif mahasiswa KKN yang telah mengembangkan solusi ramah lingkungan untuk mengatasi bau sampah di TPA desa Sentul."
Ia berharap program ini dapat menjadi contoh bagi desa-desa lain dalam pengelolaan sampah yang lebih efektif dan ramah lingkungan.Â
Namun, imbuhnya, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk penyempurnaan ke depannya.Â
Salah satunya adalah penilaian hasil dari penggunaan eco lindi, yang sebaiknya dihitung dengan jarak minimal lima meter untuk melihat seberapa efektif bau sampah berkurang.Â
"Penting juga untuk memikirkan cara agar warga tidak mengeluhkan bau yang masih tercium, dan mengatasi masalah munculnya lalat di sekitar TPA. Diperlukan pendekatan lebih lanjut agar solusi ini bisa lebih optimal dan diterima oleh seluruh warga desa," terang Ervan.