Mohon tunggu...
Pena Siyasi Muslimah
Pena Siyasi Muslimah Mohon Tunggu... Lainnya - Tanda Kasih untuk Ummat

Beropini melalui goresan pena

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

The New Spirit of Lebaran 1441 H, Lebaran Digital di Masa Pandemi

28 Mei 2020   09:15 Diperbarui: 28 Mei 2020   09:19 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ada yang istimewa di Lebaran tahun ini. Umat Islam tak hanya berlebaran di dunia nyata, berkumpul dengan keluarga dan sanak saudara, tetapi juga sekaligus berlebaran di dunia maya bersama segenap umat Islam dari 34 provinsi se-Indonesia. 

Sebuah perhelatan akbar Lebaran Digital secara live dengan tajuk "The New Spirit of Lebaran 1441 H: Bahagia dalam Kemenangan, Semangat dalam Dakwah" -- yang diikuti ribuan netizan -- disiarkan salah satu saluran Youtube, yaitu Khilafah Channel pada hari Senin, 25 Mei 2020 pukul 08.30 s.d. 12.00 WIB.

Diawali dengan penyampaian Pesan Lebaran 1441 H oleh KH. Rokhmat S Labib. Beliau menyampaikan bahwa Rasulullah saw. telah mengabarkan tentang janji Allah SWT bagi siapa saja yang melaksanakan puasa Ramadhan atas dorongan iman dan meraih ridho Allah maka akan diampuni dosa-dosanya di masa yang telah lalu. 

Beliau pun menjelaskan tanda-tanda amal yang diterima oleh Allah SWT, bahwa sesungguhnya di antara tanda balasan bagi kebaikan adalah al hasanatu ba'daha, yaitu orang yang melakukan kebaikan maka akan dibalas dengan kebaikan sesudahnya. 

Sebaliknya, balasan bagi keburukan adalah as saiy-atu ba'daha, yaitu keburukan sesudahnya. Inilah tanda-tanda tertolaknya amal. Semoga kita tidak termasuk ke dalam golongan tersebut. 

Oleh karenanya, bukti tanda diterimanya amal puasa, selepas Ramadan senantiasa mendawamkan dan meningkatkan amal-amal kita, seperti puasa sunnah, tilawah Alquran, dan qiyamulail. Sementara, bukti tanda tertolaknya amal puasa adalah tidak adanya perubahan dari amal sebelumnya, bahkan amalnya semakin sulit.

Sebagaimana penjelasan dalam QS. al-Baqarah ayat 183, bahwa puasa yang yang diterima adalah yang menghasilkan takwa. Takwa menurut jumhur ulama -- meski berbeda-beda redaksinya -- bermakna al'amalu bi tha'atillah, yaitu mengerjakan amal ketaatan kepada Allah atas dasar petunjuk-Nya dan berharap rahmat (pahala) dari-Nya, serta meninggalkan kemaksiatan kepada Allah atas dasar petunjuk-Nya yang disebabkan takut akan azab-Nya. Maka, takwa mengharuskan ketundukan kepada syariat Allah secara mutlak.

Selanjutnya beliau menegaskan, "Ketaatan tidak bisa dilakukan secara individu saja. Memang ada syariat yang bisa dilakukan secara individu, tapi ada sebagian hukum dan bahkan sebagian besar hukum yang hanya bisa diterapkan bisa diamalkan ketika telah diadopsi oleh negara menjadi undang-undang." Inilah mengapa ketaatan (ketakwaan) mengharuskan institusi yang menerapkan Islam secara kaffah, yaitu Khilafah.

Di akhir penyampaian beliau berpesan, Khilafah adalah institusi yang menerapkan Islam secara kaffah, yang menyatukan umat Islam dan mengemban Islam ke seluruh dunia. Semestinya tidak ada umat Islam yang menolak karena ini adalah dorongan keimanan, tunduk dan patuh kepada Allah SWT. Siapa yang bertakwa kepada Allah, maka Allah akan jadikan baginya jalan keluar dan rizki dari arah yang tidak disangka-sangka. 

Dalam situasi wabah saat ini, sudah seharusnya kita meningkatkan ketakwaan agar Allah memberikan jalan keluar dengan mengangkat wabah ini. Oleh karenanya, seruan kepada Syariah, seruan kepada Khilafah, harus disambut oleh umat Islam karena itulah merupakan jalan keluar di dunia dan akhirat.

Ditambahkan pula penyampaian oleh KH. M. Ismail Yusanto tentang keistimewaan Ramadan dan Lebaran tahun ini. Sebelumnya beliau menjelaskan terlebih dahulu bagaimana terjadinya proses akulturasi ajaran Islam ketika mulai berkembang di Nusantara. Ajaran Islam banyak memberikan warna baru dalam tradisi masyarakat lokal dengan warna Islam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun