Mohon tunggu...
ummihany
ummihany Mohon Tunggu... mahasiswi dari Stit Al Ibrohimy galis

Hobi menulis seperti cerpen opini dan lainnya

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Menyikapi tradisi carok di madura dari sisi etika ke ilmuan

29 Juni 2025   07:12 Diperbarui: 29 Juni 2025   07:12 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Menyikapi Tradisi Carok di Madura dari Sisi Etika Keilmuan

Pendahuluan

Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan budaya dan tradisi. Salah satunya adalah tradisi carok yang berasal dari Madura. Carok ini biasanya dilakukan dengan cara duel menggunakan celurit untuk menyelesaikan persoalan harga diri. Meskipun zaman sudah maju, sayangnya praktik ini masih ada di beberapa daerah di Madura. Menurut saya pribadi, hal seperti ini perlu dikaji ulang karena selain membahayakan, carok juga meninggalkan luka sosial yang panjang.

Isi

Sebagai seorang generasi muda yang hidup di era modern, saya merasa budaya kekerasan seperti carok sudah tidak pantas dipertahankan. Memang, dulu mungkin carok dianggap jalan satu-satunya untuk menyelesaikan masalah, apalagi soal harga diri. Tapi sekarang, semua bisa dibicarakan baik-baik, apalagi sudah ada hukum dan aturan yang bisa melindungi masyarakat.

Di kampung saya sendiri, saya pernah dengar cerita tentang dua keluarga yang berselisih karena masalah sepele, lalu hampir berujung carok. Untungnya, ada tokoh masyarakat yang langsung turun tangan untuk mendamaikan. Dari situ saya belajar bahwa kekerasan itu sebenarnya bisa dihindari kalau masing-masing mau menahan diri dan mencari jalan tengah.

Dari sudut pandang etika keilmuan, tradisi carok jelas bertentangan dengan nilai kemanusiaan. Etika dalam keilmuan mengajarkan bahwa setiap tindakan manusia sebaiknya memberi manfaat, bukan malah menimbulkan kerugian. Carok tidak hanya merugikan diri sendiri, tapi juga keluarga dan lingkungan sekitar. Korban bisa jatuh, dendam bisa turun-temurun, dan masyarakat pun jadi tidak aman.

Penutup

Saya berharap ke depan masyarakat Madura, khususnya anak-anak muda, bisa lebih bijak dalam menghadapi masalah. Tradisi carok sebaiknya ditinggalkan, diganti dengan cara damai lewat musyawarah atau jalur hukum. Saya yakin, kalau kita semua sepakat untuk meninggalkan budaya kekerasan, Madura akan dikenal sebagai daerah yang damai dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun