Mohon tunggu...
Umi Setyowati
Umi Setyowati Mohon Tunggu... Wiraswasta

Suka membaca apa saja, sesekali menulis sekedar berbagi cerita.

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Anak Pilih-pilih Makanan: Biasakan Makan Bersama Keluarga.

17 April 2025   08:05 Diperbarui: 17 April 2025   08:05 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi makan bersama foto Dokter Sehat.

Istilah parenting VOC alias gaya pengasuhan otoriter yang menerapkan kedisiplinan dan aturan yang ketat.

Penggunaan VOC juga diambil dari singkatan Vereenigde Oostindische Compagni (VOC) sebagai metafora pengasuhan. Apakah cocok diterapkan pada anak zaman sekarang?(Kompasiana)

"Anak susah makan atau pilih-pilih makanan? Jangan khawatir! Kebiasaan makan bersama keluarga bisa menjadi solusi efektif untuk mengatasi picky eater, dan bagaimana melakukannya."

Menurut pendapat saya, pada dasarnya setiap metode pola asuh selalu ada sisi positif dan negatifnya, demikian juga "Parenting VOC"yang menerapkan disiplin keras dan aturan yang ketat.

Sebagian besar orang tua berpendapat anak-anak yang dibesarkan dengan "Parenting VOC "pola asuh otoriter cenderung lebih disiplin dan mengikuti aturan. Benarkah? Mungkin saja karena takut hukuman bila tidak menurut.

Namun kedisiplinan dan kepatuhan karena takut, bukan karena pemahaman ketatnya aturan, lambat laun perkembangan emosi anak tidak sehat, merasa cemas dan stress.

Anak menjadi tidak mandiri, kurang inisiatif, dan kurangnya komunikasi membuat anak tidak paham alasan dibalik aturan yang ditetapkan. Misalnya, tentang harus makan ini tidak boleh makan itu, dst. Apa alasannya?

Dalam jangka panjang pola asuh otoriter dapat memengaruhi perkembangan anak, dan meningkatkan risiko gangguan makan dan kesehatan mentalnya.

Anak-anak mungkin memiliki kesulitan dalam mengembangkan problem -solving dan pengambilan keputusan, serta kesulitan menjalin hubungan yang sehat dengan orang lain karena kurangnya komunikasi dan empati.

Lalu, apakah "Parenting VOC " otoriter masih relevan di zaman digital sekarang?

Jawaban saya, relatif, tergantung bagaimana pola asuh orang tua sebelumnya dan bagaimana karakter anaknya yang lahir di zaman pesatnya kemajuan teknologi.

Menjadi orang tua di zaman digital, pastinya paham, anak-anak masa kini tidak hanya belajar dari ibu, buku, dan guru, tetapi juga belajar dari media sosial seperti Facebook, Tik Tok, dan Instagram.

Jika kita masih menerapkan "parenting VOC" ala zaman dulu, tanpa penyesuaian, hanya soal waktu, kita akan kehilangan koneksi dengan anak sendiri.

Oleh karena itu, jadilah orang tua yang upgrade pola pikir dan pendekatan, selaras dengan perkembangan zaman. Bagaimana mengatasi anak  pilih-pilih makanan dan ketergantungan pada gadget.

"Picky Eater" maksudnya, anak hanya mau makanan tertentu dan tidak mau mencoba menu yang baru.

Biasanya terjadi pada anak dalam fase pertumbuhan adalah wajar, dan masih bisa diatasi dengan metode pola asuh tertentu, kecuali bila anak pilih -pilih makanan karena gangguan kesehatannya seperti alergi atau karena gangguan pencernaannya, pastinya harus diperiksa ke dokter untuk mengatasinya.

Kebiasaan Makan Bersama Keluarga, salah satu solusi untuk si "picky Eater"

Saya termasuk yang mengalami pola asuh otoriter, ala parenting VOC, di bawah asuhan nenek yang menerapkan disiplin dan aturan yang ketat, namun kemudian ketika memiliki cucu yang lahir di zaman gadget, cucu yang satu pilih-pilih makanan dan satunya tidak mau makan sayuran, bukan karena alergi makanan atau mengalami gangguan pencernaan, mungkin karena lingkungan.

Saya pikir, masih bisa diatasi, mereka sudah masuk sekolah, dan karena anak sekarang lekat dengan gadgetnya, mengapa tidak dimanfaatkan untuk mengatasi anak yang pilih -pilih makanan dan yang tidak mau makan sayur?

Lalu kami timbul ide;

-Menggunakan aplikasi pembelajaran yang interaktif dan menyenangkan untuk mengajarkan anak-anak tentang kebiasaan makan yang sehat.

- Menggunakan game edukasi yang dapat membantu anak-anak memahami tentang kebiasaan makan yang sehat seperti "Healthy Habits" atau "Nutrition Game" membantu anak-anak memahami tentang nutrisi dan kebiasaan makan yang sehat, serta mengaplikasikannya pada kehidupan sehari -hari.

Dan kemudian kami gabungkan dengan membiasakan anak makan bersama keluarga sekaligus menerapkam metode parenting yang berbasis pada komunikasi dua arah.

Manfaat Penting Makan Bersama Keluarga bagi si "Picky Eater"

1. Membangun komunikasi yang baik  - aturan ditetapkan dan dipatuhi bersama orang tua dan anak.

Komunikasi dua arah, mengajarkan anak tentang pentingnya makan yang sehat dan bagaimana makanan dapat memengaruhi tubuh.Menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami.

Tidak ada gadget saat makan bersama keluarga.

2. Meningkatkan ketertarikan anak pada makanan.

Ketika anak melihat anggota keluarga yang lain makan dengan lahap, perlahan anak yang biasanya pilih-pilih makanan akan tertarik mencobanya.

Sembari makan, orangtua menjelaskan aturan dan batas yang jelas tentang makan yang sehat dan sebaliknya, dengan menjelaskan alasan di baliknya.

3. Membangun kedekatan dengan orang tua --.Sembari makan seringkali obrolan mengalir, hali ini membuat anak belajar cara komunikasi dengan baik, anak lebih terbuka dan orang tua akan lebih memahami anak.

4. Menurunkan risiko gangguan makan pada anak.

Dengan membiasakan anak makan bersama keluarga, orangtua memberi contoh makan makanan yang sehat,anak akan terbiasa mengonsumsi makanan yang sama dengan anggota keluarga yang lain.

Kebiasaan ini akan membuat anak terbiasa dengan makanan rumahan. Ia tidak selalu mencari atau menginginkan makanan cepat saji.

Namun orang tua harus sabar dan konsisten - tidak memaksa anak makan jika anak tidak ingin, tapi tidak berhenti untuk membujuknya. Dengan kesabaran dan usaha terus menerus, lambat laun anak akan mengikuti arahan orang tua.

5. Tumbuh kembang anak optimal.

Dengan makan bersama keluarga di rumah, orang tua jadi bisa memantau makanan yang dikonsumsi anak.

Makanan yang disajikan pun lebih sehat dan gizinya sudah diperhitungkan. Hal ini bisa menurunkan risiko anak terkena penyakit akibat makan sembarang makanan.

Untuk anak yang tidak mau makan sayur.

* Kami menyajikan sayuran dengan tampilan yang menarik dan menambahkan rasa sesuai selera anak. Misalnya, mencampur sayuran yang berwarna -warni, brokoli+ wortel+ tomat, dengan menambah penyedap rasa yaitu saus, kecap atau mayonaise.

* Membuat makanan yang menyenangkan - melibatkan anak dalam proses memasak dan memilih bahan makanan yang segar dan sehat sehingga membuat makanan akan menyenangkan dan menarik bagi anak. Dan makan bersama akan berlangsung tanpa drama pilih -pilih makanan.

* Menyamarkan sayuran ke dalam menu makanan.

Cucu saya suka arem-arem atau nasi yang diisi sayuran lalu dibungkus daun pisang dan dikukus. Ini makanan yang sehat dan mengenyangkan, dengan begitu anak dengan senang hati memakannya.

* Membiasakan selalu ada sayuran di meja makan. Walaupun ada kalanya anak hanya makan satu jenis sayur, biarkan, jangan dipaksa. Namun dengan memperlihatkan bahwa orang tuanya suka makan sayuran, perlahan anak akan mengikuti dan mengerti pentingnya makan sayuran.

* Ingat, jangan sekali-kali memaksa anak menghabiskan sayurannya, justru akan membuat anak trauma makan sayur.

Asalkan anak sudah mau makan sayur walau satu atau dua jenis sayuran, itu sudah lebih baik daripada tidak sama sekali.

Akhir kata.

Dengan menerapkan parenting yang berbasis pada komunikasi dua arah, pengaturan batas yang jelas dan pemberian contoh orang tua, akan membantu mengembangkan kebiasaan anak makan yang sehat dan tidak pilih-pilih makanan.

Dan untuk anak yang tidak mau makan sayuran, dengan kebiasaan makan bersama keluarga, dengan menyajikan tampilan yang menarik, menyamarkan sayuran ke dalam menu yang disukai anak, lambat laun anak suka dan mengerti pentingnya makan sayuran.

Dengan demikian tidak ada lagi drama di meja makan, yang ada kemudian terbangun kebersamaan yang saling memahami antara orang tua dan anak. 

Kebiasaan yang harus berlanjut untuk tujuan dan hasil jangka panjang hingga anak remaja dan dewasa.

---

Referensi;  1.https://www.halodoc.com/artikel/8-cara-yang-bisa-dilakukan-agar-anak-mau-makan-sayur.

2. https://www.halodoc.com/artikel/5-alasan-pentingnya-makan-bersama-dengan-keluarga-bagi-anak.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun