Di zaman serba digital seperti sekarang, siapa yang tidak tergoda dengan kemudahan belanja online? Apalagi ketika muncul tombol "Paylater" alias bayar nanti. Rasanya seperti diberi hadiah: bisa belanja sekarang, bayarnya nanti. Tapi, Bu, jangan langsung terbuai. Di balik kemudahannya, paylater bisa menjadi jebakan manis yang berdampak panjang pada kondisi keuangan kita.
Banyak ibu rumah tangga dan perempuan muda berpikir, "Ah, cuma seratus ribu, bayarnya bulan depan kok." Tapi tanpa sadar, kebiasaan kecil ini menumpuk jadi beban bulanan yang berat. Bahkan, bisa memicu catatan negatif dalam skor kredit atau yang dikenal sebagai BI Checking, dan itu bukan hal sepele!
Skor kredit ibarat rapor finansial kita. Kalau catatannya buruk karena sering telat bayar tagihan, termasuk paylater, maka nama kita bisa masuk daftar hitam bank. Akibatnya, saat kita ingin mengajukan KPR untuk beli rumah, kredit kendaraan, atau pinjaman modal usaha, pengajuan bisa langsung ditolak.
Bayangkan, hanya karena lalai membayar tagihan paylater senilai ratusan ribu rupiah, mimpi punya rumah sendiri atau motor impian jadi batal. Sedih, kan? Ini bukan untuk menakut-nakuti, Bu, tapi untuk mengingatkan bahwa setiap keputusan keuangan, sekecil apapun, akan berdampak di masa depan.
Lebih parah lagi, banyak perempuan, termasuk kalangan selebritas seperti Nana Mirdad, sudah mengingatkan bahwa perempuan sering jadi sasaran empuk iklan utang cepat, termasuk pinjol dan paylater. Dengan iming-iming "praktis dan tanpa ribet", kita bisa mudah tergoda padahal ujung-ujungnya bisa terjebak utang berkepanjangan.
Paylater memang bukan musuh, tapi ia harus dijadikan alat, bukan jerat. Kita perlu cerdas memilah: mana kebutuhan, mana keinginan. Jangan sampai demi membeli skincare diskon, kita abai bahwa tagihannya harus dibayar bulan depan, beserta bunganya!
Literasi finansial dimulai dari hal sederhana. Buatlah anggaran belanja bulanan, catat semua pengeluaran, dan evaluasi kemampuan bayar sebelum memutuskan menggunakan paylater. Jika gaji rumah tangga belum cukup untuk menutupi cicilan-cicilan itu, lebih baik tunda pembelian.
Gunakan paylater hanya untuk keperluan penting dan mendesak, misalnya saat butuh beli obat untuk anak yang tiba-tiba sakit, atau membayar listrik yang mendadak jatuh tempo di saat keuangan sedang ketat. Itupun, tetap harus ada rencana kapan dan dari mana sumber pembayarannya.
Salah satu tips bijak menggunakan paylater adalah hanya mengambil satu layanan saja. Jangan sampai punya akun di berbagai aplikasi paylater karena akan sulit melacak total utang yang harus dibayar setiap bulan. Ingat, lebih banyak aplikasi berarti lebih besar potensi kebocoran finansial. Pastikan juga untuk selalu membayar cicilan tepat waktu. Telat sehari saja bisa berdampak pada skor kredit. Jika sudah punya tagihan paylater, prioritaskan untuk melunasinya dulu sebelum belanja-belanja yang lain. Ini adalah bentuk tanggung jawab kita terhadap masa depan keuangan keluarga.
Bagi anak muda, terutama yang baru mulai bekerja dan belajar mandiri secara finansial, penting sekali menjaga rapor keuangan tetap bersih. Jangan merusak masa depan hanya karena tidak sabar ingin punya barang-barang kekinian. Ingat, skor kredit buruk bisa membuat rencana masa depan jadi macet total.
Literasi finansial bukan hanya soal menghitung uang, tapi juga tentang kedewasaan dalam mengambil keputusan keuangan. Ajarkan anak-anak kita sejak dini bahwa membeli dengan cicilan berarti ada kewajiban yang harus ditanggung kemudian. Dan kewajiban itu bisa lebih mahal dari harga barangnya.