Mohon tunggu...
Umi Sahaja
Umi Sahaja Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Ibu bekerja yang ingin sukses dunia akhirat

Selalu berusaha membuat segalanya menjadi mudah, meski kadang sulit. 😄

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tentang Dia

18 November 2021   16:50 Diperbarui: 18 November 2021   17:08 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Seharusnya saat wisuda adalah saat bahagia ku. Andai tidak terjadi musibah itu. Dia yang berangkat bersama ibu ditabrak pengendara motor yang mabuk. Tidak ada luka serius, tapi tidak bisa memaksakan untuk menghadiri wisudaku. Bagaimana perasaan ku saat itu? Entahlah, sedih pasti. Sepanjang jalan pulang aku hanya bisa menangis.

Dia selalu menghiburku saat aku sedih.

Aku ingat, saat kangen dengan keluarga di rumah. Dia selalu menyempatkan menelpon di pagi buta. Hingga ibu kost ku selalu menggerutu karena nya. Dia selalu menceritakan apa yang terjadi di rumah. Bagaimana keadaan mereka. Dan di akhiri dengan mimpinya. Mimpi yang dia ciptakan sendiri. Mimpi yang dia bangun sendiri. Tanpa mengatakan apa-apa, tak pernah ada kepastian, ini tentang kita. Ah.. ini hanya tentang dia. Aku tak lebih hanya pendengar yang baik. 

Sesekali aku merasa tersanjung saat dia mengatakan :" Aku.. kalau di jalan bertemu seseorang. Orang itu entah ada masalah apa dijalan.. entah kenapa selalu teringat kamu. Lalu aku akan menolongnya. Aku berharap jika kamu yang mengalami kejadian yang sama. Ada orang lain yang akan menolong mu..".

Di saat yang lain, aku yang baru belajar internet. Lalu kita saling berkirim kabar lewat email. Aku sedih. Aku galau. Ada seseorang yang menyukai ku, tapi aku hanya menganggap nya teman. Entah kenapa aku tidak menceritakan nya. Aku hanya menulis :"Sediih..malam Minggu gak ada teman, apalagi pacar!"

Lalu dia membalas :"Lalu Ai pacarnya siapa?"

Aku yang tersipu di tempatku, hanya mampu membalas dengan emoticon "senyum".

Ah.. aku takut. Aku takut dengan rasa ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun