Mohon tunggu...
Umi khoiriyyah
Umi khoiriyyah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa uin walisongo semarang

Menulis, membaca dan menghitung angka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Haruskah Kita Kelompokkan Ilmu

16 April 2020   09:01 Diperbarui: 16 April 2020   09:08 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Belajar atau menuntut ilmu adalah suatu kewajiban. Belajar ilmu agama adalah suatu yang harus dicari dan belajar ilmu pengetahuan umum adalah suatu yang perlu dicari, oleh karena itu kata malas bukan berarti alasan yang tepat untuk membenci ilmu pengetahuan umum. 

Mengapa demikian? Karena ilmu pengetahuan umum merupakan sebagian dari ilmu agama dan itu tahu bahwa semua ilmu itu datang atau berasal dari Tuhan yang Maha Esa, jadi haruskah kita kelompokkan ilmu?

Disaat seperti ini kita masih dilanda dengan masalah krisis ekonomi, krisis moneter, krisis budaya, krisis sosial, krisis akhlak, krisis agama, bangkit melawan hawa nafsu, bangkit dari keterpurukan, bangkit dari keragu-raguan, melangkah selangkah untuk kemajuan, bangkit agar tidak ketinggalan zaman, dan yang paling penting untuk pelajar adalah bangkit dari rasa malasnya pelajaran.

Dalam belajar kita boleh memilih pelajaran yang kita minati, dan memberikan waktu yang lebih kepada pelajaran yang kita minati tersebut serta kita bisa lebih condong ke bidang yang kita sukai dari pada yang tidak. Karena sangat pentingnya ilmu agama yang sekarang banyak orang meninggalkannya maka hendaklah kita pilih ilmu agama sebagain fan dan itu merupakan pilihan yang harus bagi setiap santri. Tapi kita juga jangan meremehkan ilmu-ilmu yang kita rasa itu bukan ilmu agama.

Jika kita lebih dalam semua ilmu itu milih tuhan yang maha esa yang bisa disebut ilmu agama, coba kita angan-angan, ilmu-ilmu hitung contonya MATEMATIKA yang akrab ditelinga kita sebagai ilmu MATIMATIAN, ia menyajikan suatu pokok pikiran yang rasional dan realis, ia sering diartikan dengan pelajar yang dunia tiada menjadi pertanyaan kubur. Jika kita sadari secara dalam matematika sendiri adalah ilmu dasar dari hitung-hitungan jika dari awal kita tidak menyukainya maka akan berimbas kepada ilmu hitungan yang lain contohnya faroid dan falak yang merupakan  bagian dari ilmu hitungan. Diceritakan ilmu yang pertama kali dicabut oleh Allah dari bumi adalah ilmu faroid(pembagian harta warisan), Allah memang tak langsung mencabutnya akan tetapi dengan jalan orang-orang yang malas belajar ilmu berhitung sementara para ahli dibidangnya satu-persatu meninggalkan santrinya.

Padahal kita tahu bahwa ilmu faroid adalah ilmu hitung begitupun dengan ilmu falak, kimia, matematika, fisika, ilmu-ilmu ini menjadi momok dikalangan kita dan seolah-olah semakin kehilangan penggemar. Maka dari itu kita bangkitkanlah semangat kita dari rasa malasnya belajar ilmu hitungan. Biologi, kimia, ilmu Bahasa dan lainnya adalah ilmu Allah, karena ilmu Allah itu sangat luas dan dalam Al-Qur’an Allah berfiman dalam surat Al-Kahfi ayat 109 yang artinya

”Katakanlah (Muhammad), Seandainya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, maka pasti habislah lautan itu sebelum selesai (penulisan) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula).”

Begitu banyaknya ilmu Allah maka setidaknya untuk kehidupan dunia dan akhirat sedikit demi sedikit agar cukup menjadi bekal di kehidupan selanjutnya (akhirat).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun