Novel |Perempuan dari Blambangan  (4)
Aku mrmemandang lepas ke cakrawala yang seakan tak berbatas. Di Pantai yang berpasir putih, para turis dengan bebasnya setengah telanjang telentang membiarkan badannya terpapar sinar mentari.
Tak kusangka pun tiada terduga, aku diterbangkan ke Pulau Dewata dengan cara yang aneh.Serasa terjadi di dunia fiksi. Tiba-tiba berada di kota wisata yang lebih  banyak dikunjungi oleh turis dari manca negara. Adalah satu kemewahan bagiku.Boro-boro mikiri jalan-jalan, jatah bulanan dari bapak plus honor yang kuterima saja pas-pasan setiap bulannya.
Di sebuah resort yang sederhana tapi bersih aku termangu. Kamarku di lantai dua. Jendelanya besar dan  berkaca lebar, dengan gorden putih tulang berpadu motif batik soga. Mellempar pandang ke sekitar  tampak pohon kamboja yang tinggi menjulang. Bunganya mekar, putih semburat kuning. Semilir angin sejuk menyegarkan. Sungguh nyaman dan membuat kerasan. Kalau saja. ..uufh! Khayalanku terpotong.Â
Agak melonjak, aku menuju pintu yang diketuk -ketuk dari luar.Â
"Ditunggu Pak Made di loby, Mbak, " seorang gadis manis mengenakan busana khas Bali.Sekuntum bunga kamboja terselip di atas telinganya. Ia  menyampaikan pesan dari pemilik resort dengan senyum  ramah.Â
"Baik, trimakasih, " ucapku dengan membalas senyum ramahnya.Â
Kukunci pintu lalu mengikuti langkahnya menuruni tangga hingga sampai ke tempat duduk orang yang menungguku.Â
"Bagaimana keadaan Niken, Pak? " tanyaku dengan rasa kawatir, setelah kusambut jabat tangannya dan lalu duduk berhadapan. Berjarak dengan meja kaca yang rendah.Â
Pria setengah tua yang tinggi besar. Kulitnya kecokelatan. Jambang dan kumisnya lebat, rahangnya kokoh terkesan keras. Tetapi. .dari sorot matanya, aku merasakan kesedihan yang mendalam. Keprihatinan seorang ayah atas musibah yabg terjadi pada putrinya.
"Niken sudah ditangani oleh Dokternya.Harus menjalani rawat inap di Rumah Sakit, sampai keadaannya pulih."jawabnya pelan.Â