Mohon tunggu...
Umar Khayam
Umar Khayam Mohon Tunggu... Penulis

Seseorang pembelajar. Kegiatan saat ini selain menulis juga berprofesi sebagai coach dan terapis energetik dengan modalitas Body Communication Resonance (BCR)

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Tidak Semua Badai Datang untuk Menghancurkan: Kisah tentang Jalan yang Dibersihkan

30 Agustus 2025   14:22 Diperbarui: 30 Agustus 2025   14:35 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tidak Semua Badai Datang untuk Menghancurkan Kehidupan.

*Tidak Semua Badai Datang untuk Menghancurkan: Kisah tentang Jalan yang Dibersihkan*

Bukan hanya sekadar "badai membawa hikmah", tapi menggali sisi yang jarang dibicarakan: bagaimana badai justru mengungkap siapa kita sebenarnya, dan memberi ruang untuk lahirnya "diriku yang baru".

Ada satu hal kecil yang sering kita lupakan ketika hidup tiba-tiba "berantakan": bahwa mungkin, di tengah kekacauan itu, sebenarnya ada sesuatu yang sedang bekerja untuk kita.

Kita terbiasa mengukur hidup dari apa yang kita genggam---pekerjaan, hubungan, status, atau kebiasaan yang sudah lama kita pertahankan. Saat badai datang dan semua itu hilang, rasa sakitnya memang nyata. Kita merasa gagal, sendirian, dan tidak punya arah. Tapi jarang sekali kita bertanya: apakah semua ini memang seharusnya dipertahankan?

Paulo Coelho pernah menulis, "Not all storms come to disrupt your life, some come to clear your path."
Tidak semua badai datang untuk menghancurkan kehidupanmu, sebagian datang untuk membersihkan jalanmu.

Saat Badai Menunjukkan Wajah Aslimu

Pengalaman perjalanan pribadi saya, membuat saya melihat satu hal yang menarik: badai bukan hanya tentang kehilangan, tapi tentang pengenalan diri.

Ketika seorang guru besar kehilangan pekerjaannya karena perusahaan bangkrut, awalnya ia marah pada dunia. Tapi perlahan ia menyadari, selama ini ia hidup di jalur yang tidak pernah benar-benar ia pilih. Badai itu mengungkapkan siapa dirinya yang sebenarnya---seorang penulis, bukan sekadar pekerja kantoran.

Ada juga seorang ibu yang ditinggalkan suaminya. Tangisnya panjang, bahkan berbulan-bulan. Namun badai itu membersihkan jalan yang selama ini penuh kompromi dan luka. Ia akhirnya bisa melihat bahwa dirinya berharga, bahkan ketika tidak ada yang mendampinginya. Ia belajar berdiri, dan dari sana lahirlah keberanian yang dulu tidak pernah ia kenal.

Badai membuat kita telanjang dari semua "topeng". Kita dipaksa untuk melihat diri kita tanpa atribut luar. Itu menyakitkan, tapi juga membebaskan.

Yang Mungkin Jarang Dibicarakan: Ruang Kosong yang Menyembuhkan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun