Mohon tunggu...
Umar Sofii
Umar Sofii Mohon Tunggu... Bukan Siapa-siapa

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pasrah Kepada Takdir

4 Juni 2025   02:20 Diperbarui: 4 Juni 2025   02:20 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pasrah kepada takdir bukan berarti menyerah tanpa usaha atau menjadi apatis. Pasrah di sini lebih bermakna sebagai sikap menerima dengan ikhlas segala hasil dari usaha yang telah kita lakukan, sesuai dengan skenario yang telah ditentukan oleh Sang Pencipta.

Sikap pasrah semacam ini sebenarnya bisa menjadi cara untuk menjaga keseimbangan batin. Dengan percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah bagian dari rencana yang lebih besar, pikiran dan perasaan kita tidak mudah bertentangan. Kita tidak mudah kecewa atau gelisah jika hasil tidak sesuai harapan, karena kita memahami bahwa apa pun yang terjadi pasti ada hikmahnya.

Ada anggapan bahwa orang yang pasrah kepada takdir akan cenderung apatis dan tidak memiliki motivasi hidup. Padahal, justru dengan meyakini takdir, pikiran dan perasaan bisa lebih selaras. Kita tetap berusaha dengan sungguh-sungguh, namun tidak menyandarkan hati secara mutlak pada hasil tertentu. Ini membuat jiwa lebih tenang, baik saat mencapai tujuan maupun ketika harus menerima kegagalan.

Lalu, bagaimana dengan usaha meraih cita-cita? Justru dengan keyakinan kepada takdir, usaha tersebut dilakukan dengan lebih tenang dan penuh makna. Seseorang yang tidak percaya takdir sering kali mengalami konflik batin ketika usahanya tidak membuahkan hasil. Ia bisa merasa frustrasi, stres, bahkan kehilangan arah.

Berbeda dengan orang yang percaya kepada takdir. Saat ia berusaha keras, ia juga siap menerima hasilnya dengan lapang dada. Jika berhasil, ia bersyukur; jika gagal, ia tetap tabah. Sikap seperti ini justru melindungi diri dari benturan antara pikiran dan perasaan. Hati tidak mudah hancur, pikiran tetap jernih, dan semangat untuk bangkit lagi pun tetap terjaga.

Dengan demikian, pasrah kepada takdir bukanlah sikap lemah atau menyerah begitu saja. Tapi justru merupakan kekuatan batin yang membuat kita lebih tangguh menghadapi hidup---berjuang dengan gigih, namun menerima dengan ikhlas.

Malang 4 Juni 2025

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun