Entah mengapa sejak tadi, kalimat ini terus bergema dalam hati saya secara otomatis:
*"Ya Muqalliba al-Qulb, tsabbit qalb 'al dnika."*Â Â
Saya bahkan berusaha mematikan gema itu, tetapi tidak mampu. Daripada saya terus-menerus memikirkan sesuatu yang tidak saya ketahui sebabnya, akhirnya saya ikuti saja dorongan itu dengan melafalkannya perlahan dengan lisan:
*"Ya Muqalliba al-Qulb, tsabbit qalb 'al dnika."*Â Â
Hingga akhirnya gema dalam ingatan itu pun perlahan menghilang.
Artinya: *"Wahai Zat Yang Membolak-balikkan Hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu."*
Jika Anda pernah mendengar atau membaca kalimat, *"Barang siapa yang mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya,"* maka benar adanya. Kekuasaan Tuhan bisa langsung dirasakan ketika kita menyadari bahwa di dalam hati senantiasa berubah-ubah---kadang sedih, lalu gembira; kadang membenci, kemudian mencintai.
Sadari perubahan perasaan dalam diri kita, itu salah satu cara untuk mengenal Tuhan. Namun, tentu saja bukan sekadar perasaan yang muncul sebagai respons terhadap kejadian luar. Bukan seperti rasa sedih karena kehilangan barang, atau rasa gembira karena mendapat rezeki tak terduga. Bukan itu.
Yang saya maksud adalah perasaan yang murni muncul dari dalam hati tanpa sebab yang jelas---tiba-tiba datang begitu saja. Seperti yang baru saja saya alami: tiba-tiba teringat pada kalimat *"Ya Muqalliba al-Qulb, tsabbit qalb 'al dnika,"* hingga akhirnya saya tulis menjadi artikel ini.
Malang, 8 Mei 2025
---