Mohon tunggu...
Umair Shoddiq
Umair Shoddiq Mohon Tunggu... -

Hanya seorang pria biasa dengan cita-cita untuk membuahkan karya bagi negeri ini. Mahasiswa di sebuah kampus dengan nama seorang sunan wali songo

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengintip Canggihnya Perpustakaan Kampus UIN Sukijo

11 September 2014   02:37 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:03 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semua orang pasti tahu apa itu perpustakaan. Banyak dari kita yang beranggapan bahwa perpustakaan hanyalah tempat dimana kita semua bisa membaca dan meminjam buku. Dan tak sedikit pula dari kita yang beranggapan bahwa perpustakaan adalah tempat yang membosankan, penuh dengan buku-buku usang serta berdebu bahkan ada yang diantara halaman-halamannya sudah menguning dan dimakan kutu buku, desain bangunan kuno serta ketinggalan jaman, dan tak lupa juga petugas yang bila kita mengingat kata “perpustakaan” pastilah muncul dalam benak kita seorang petugas tua, galak, kolot, dan suka menegur dengan keras bila kita membuat suara ribut.

Stereotip-stereotip buruk diataslah yang kemungkinan membuat anak-anak muda jaman sekarang ini lebih suka berjalan-jalan ke mall, bioskop, dan tempat-tempat lainnya yang mereka anggap lebih menyenangkan ketimbang sebuah perpustakaan. Tapi perlu kita ketahui. Seperti pasar tradisional jaman baheula yang kemudian berkembang menjadi pasar modern, begitupun juga dengan perpustakaan. Tidak sedikit pula perpustakaan yang justru tidak diam di tempat namun berkembang menjadi lebih modern.

Bisa kita lihat pada beberapa perpustaakan besar di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Inggris. Mereka tidak perlu lagi mengisis data pada buku tamu. Cukup dengan menscan kartu ke sebuah mesin kecil berinfra merah, maka keterangan kunjungan pun sudah tertera pada server pihak perpustakaan.

Begitupun juga saat meminjam dan mengembalikan buku. Kita tidak perlu menyerahkan buku yang ingin kita pinjam kepada petugas perpustakaan. Cukup menscan kartu dan buku yang ingin kita pinjam pada sebuah mesin computer berteknologi tinggi, buku tersebut sudah bisa kita pinjam hingga 10 hari kemudian.

Ditambah,  sekarang ini banyak perpustakaan yang menyediakan fasilitas-fasilitas yang membuat kita tidak bosan berada di dalamnya. Misalnya, fasilitas yang mungkin tidak canggih namun cukup membuat kita betah berlama-lama di dalam perpus seperti café, jaringan internet, carrel room, dan masih banyak lagi.

Lalu bagaimana dengan perpustakaan di tanah air kita tercinta, Indonesia? Setelah lulus dari jenjang Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 6 Kota Bekasi, saya mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan jenjang kuliah saya di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga (atau kita singkat saja menjadi UIN Sukijo), Yogyakarta.  Atas rekomendasi dari orangtua dan teman-teman tentang UIN Sukijo (yang katanya sih…hahaha) disebut-sebut sebagai kampus termurah dunia akhirat. Tapi memang ada benarnya juga sih soalnya saya dapat Uang Kuliah Tunggal (UKT) sekitar Rp. 1.150.000/semester. Cukup ringan untuk ukuran ekonomi orangtua saya yang berasal dari keluarga sederhana (lah? kok jadi curhat ya?).

Yap, kembali lagi ke perpustakaan. Setelah melalui OSPEK yang menyiksa (lebayyy…) dan Sospem bersama Pak Alip Kunandar (beliau juga kompasianer lhoo…), serta 2 hari pertama kuliah, saya mendapatkan kesempatan untuk mengikuti User Education yaitu, semacam pengenalan perpustakaan kepada para mahasiswa baru pada tanggal 3 September 2014. Awalnya, saya merasa tidak tertarik dengan perpustakaan karena saya juga memandang perpustakaan seperti anak muda lainnya dengan stereotip-stereotip buruk. Tapi daripada nanti KTM saya tidak bisa digunakan untuk meminjam buku, padahal referensi-referensi dari perpustakaan cukup penting, jadi saya putuskan untuk ikut juga.

Ternyata, pandangan buruk saya terhadap perpustakaan kampus UIN Sukijo ini salah besar. Berbeda tidak seperti perpustakaan sekolah saya dulu yang terpaksa menumpang di ruangan lain, perpus kampus ini punya bangunan sendiri yang arsiterkturnya nggak kelihatan kuno melainkan gabungan nuansa islam dan modern yang merupakan lambang integrasi dan interkoneksi Ilmu Islam dengan Ilmu Semesta.

Setelah penjelasan dan pengenalan mengenai perpustakaan kampus oleh bapak M. Solihin Arianto, selaku ketua pengurus perpustakaan, selama satu setengah jam, kami diajak berkeliling oleh para pengurus perpustakaan. Ternyata, perpustakaan kampus UIN Sukijo benar-benar beda dari perpustakaan lain di Indonesia hingga saya berpikir jangan-jangan ini adalah perpustakaan luar negeri yang nyasar di kota pelajar.

Disini kami dijelaskan bagi para mahasiswa yang berkunjung bahwa kami hanya perlu mendekatkan KTM kami ke sebuah mesin kecil yang memancarkan sinar infra merah untuk mengisi data kunjungan bukan dengan buku tamu. Seperti kata pak Solihin, perpustakaan UIN Sukijo bersistem “serve yourself”.

Sistem peminjaman buku pada perpustakaan ini pun bukan dengan menyerahkan buku yang ingin dipinjam kepada petugas tapi cukup dengan sebuah mesin computer touchscreen, menscan KTM, dan menaruh buku disebuah tempat mirip scanner dan judul buku yang ingin kita pinjam akan segera terpampang pada layar computer. Kemudian setelah itu, barulah kita mendapatkan selembar resi yang tercetak dari mesin tersebut berisi keterangan buku yang kita pinjam serta tanggal kapan paling lambat mengembalikan buku. Sistem pengembaliannya pun tidak jauh berbeda seperti itu (wuu…bilang aja males ngetiknya lagi).

Sebelum meminjam buku, kita bisa mencari informasi letak buku yang ingin kita pinjam dengan men-search-nya melalui website opac.uin-suka.ac.id yang bisa diakses melalui computer perpus dengan jaringan LAN maupun dengan computer atau laptop kita sendiri.

Perlu kita ketahui, bahwa lantai 2 perpus ini merupakan tempat khusus menyimpan referensi yang tidak bisa kita pinjam namun bisa di fotokopi disebuah tempat khusus fotokopi di lantai yang sama. Sementara itu di lantai 3, terdapat tiga corner khusus seperti Iranian Corner yang khusus untuk mempelajari budaya Iran dan Syi’ah lengkap dengan TV yang terhubung langsung ke channel Iran, Saudi Arabia Corner yang juga untu mempelajari budaya Arab dan Timur Tengah, dan juga Canadian Corner yang saya tidak tahu apa isinya karena saat itu sedang ditutup.

Perpustakaan ini juga dilengkapi dengan fasilitas yang dijamin membuat kita betah menyelesaikan tugas perkuliahan didalamnya seperti café, jaringan internet, ruangan khusu untuk menyelesaikan tugas seperti makalah, skripsi, dan disertasi, carrel room yaitu sebuah bilik serbaguna, dan ruang lobi.

Dan dengan adanya fasilitas perpustakaan ini jugalah saya beharap bisa mempermudah saya dalam menyelesaikan mata kuliah ilmu komunikasi saya di kapus tercinta UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

Jadi bagaimana? Masih mau menganggap perpustakaan sebagai tempat yang kuno dan membosankan?

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun