Banda Aceh - Merenung dengan proses pergantian waktu dan masa. Kita akan menjadi orang biasa ketika kita memandang proses pergantian waktu itu dengan biasa dan kita akan menjadi luar biasa ketika kita memandang proses pergantian waktu itu sesuatu yang luar biasa.
Kedua kebiasan itu akan muncul di saat kita merenung, waktu itu berlalu begitu cepat, meninggalkan hari yang berganti jam, jam berganti menit, menit berganti detik. Sebagian dari manusia yang taat kepada Allah mereka menangis di setiap pergantian waktu, setiap saat yang mereka tinggalkan, setiap waktu yang telah pergi mereka dalam renungan yang mendalam.
Mereka merenung, apakah amal ibadah yang mereka lakukan di terima di sisi Allah Swt atau tidak sama sekali? Apakah waktu yang telah mereka tinggalkan itu meninggalkan kebaikan yang lebih banyak atau justru keburukan yang lebih dominan? Itulah yang membuat mereka bersedih dan meneteskan air mata.
Di waktu yang sama mereka juga bersyukur kepada Allah Swt, karena masih memberikan waktu untuk memperbaiki segala kesalahan yanh pernah mereka lakukan dan juga memperbaiki kualitas ibadah.
Itulah yang seharusnya kita terapkan sebagai hamba Allah Swt, tetapi kita cenderung gembira dan bersuka cita ketika melewati proses waktu tersebut. Gembira dengan berbagai kenikmatan sesaat yang ada di dunia, Â dan bersuka cita dengan kelapangan waktu yang di berikan sehingga kita lupa mempersiapkan apa yang menjadi persiapan kita ketika berjumpa dengan Allah Swt.
Waktu yang sudah berlalu, walaupun hanya satu detik itu sangat jauh kali, karena dia tidak akan pernah kembali lagi. Imam Al-Ghazali pernah bertanya kepada para muridnya, "wahai murid apa yang paling jauh dari kehidupan?," Tanya nya.
"Yang paling jauh dari kehidupan adalah titik sebuah kota, wilayah yang tidak dapat di jangkau dalam waktu dekat," jawab Murid Imam Al-Ghazali.
Imam Al-Ghazali mengatakan bahwasanya yang paling jauh daripada kalian adalah waktu yang telah berlalu, satu detik yang lalu itulah yang paling jauh dari kalian.
Maka karena itu, kata Imam Al-Ghazali, bersyukurlah kalian masih di beri waktu oleh Allah Swt, perbaiki segala kesalahan kalian di masalau, dan tingkatkat kualitas ibadah kalian hari ini agar menjadi cermin untuk waktu masa di masa yang akan datang.
Ada tiga spirit terkait proses pergantian waktu
1. Meningkatkan Kualitas Ibadah
Apapun yang kita lakukan hari ini usahakan adalah ibadah. Jadi kan perbuatan yang mubah sebagai ibadah agar hidup tidak sia-sia. Kegiatan yang mubah berupa kegiatan sehari-hari yang kita lakukan harus memiliki nilai-nilai ibadah. Seandainya hari ini kita berumur 60 tahun, dan menghabiskan waktu tidur selama 8 jam per hari itu sama dengan selama umur 60 tahun kita sudah menghabiskan waktu untuk tidur selama 20 tahun.Â
2. Spirit untuk mengejar prestasi
Tidak ada kata pensiun dalam islam. Semakin tua semakin manusia harus taat beribadah, seperti Nabi Muhammad Saw, saat berumur 53 tahun, ia semakin gencar berdakwah sembari ia juga memikirkan tentang politik di masa itu.
Contoh lain, Abu Ayyub Al Ansari sahabat rasulullah yang paling tua, ia pernah hidup bersama rasulullah. Ia merupakan salah satu tentara di masa itu yang ikut menunduk konstantinopel walaupun ia tidak berhasil saat itu.Â
Singkat cerita beliau berpesan," jika suatu hari aku mati syahid, makamkan aku di mana aku mati," terangnya.
Tidak lama setelah itu yang mati syahid di pintu benteng sebelah timur konstantinopel disitulah dia di makamkan. Inti dari cerita tersebut, Abj Ayyub Al Ansari saat menjadi tentara islam untuk menundukkan konstantinopel berusia 80 tahun. Jadi, tidak ada kata berhenti untuk muslim dalan memperjuangkan agama islam.
3. Spirit untuk menyikapi segala keadaan dengan sikap dewasa dan matang
Jika ada suatu permasalah yang sedang kita hadapi dan kita menyikapi nya dengan cara yang tidak dewasa dan matang itu akan mengakibatkan frustasi. Sebaliknya, akan terasa penuh hikmah bagi orang yang menyikapi masalah dengan tenang dan dewasa.Â