Mohon tunggu...
Uli Hartati
Uli Hartati Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger

A wife, mommy of 2 boys, working mom also as a blogger Contact me : WA 089627103287 Email uli.hartati@yahoo.com Blog http://ulihape.com IG dan Twitter @ulihape

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Andai Aku Hanum Rais

16 Januari 2019   11:36 Diperbarui: 16 Januari 2019   11:47 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Photo VivaNews

Bangga mempunyai sosok orang tua yang dikenal banyak orang, apalagi kalao ayahku itu seorang Amien Rais. Dulu ayahku itu membela Indonesia dengan sekuat tenaga, keningnya tak pernah lepas dari peluh perjuangan.

Aku ingat tahun 1998 Ayahku yang menjadi ketua geng untuk meruntuhkan rezim saat itu dan aku ingat banget bagaimana Ayah ku juga mendukung Ibu Mega ketika menjadi Presiden, semua itu tentu demi kemajuan dan keamanan bangsa tercinta Indonesia Raya.

Namun aku mulai sedih ketika Ayah tampak kehilangan arah perjuangannya, ya aku paham ayahku punya kepentingan politik namun aku tak menyangka Ayah bisa lupa bahwa yang terpenting adalah keselamatan orang banyak bukan hanya segelintir orang. Ayah paham betul bagaimana Ibu Mega mengajak untuk tak saling membenci dan jangan pernah mewariskan kebencian pada generasi muda.

Namun Ayahku sudah tua, mungkin kepikunan memicunya seperti ini. Kadang dimalam sepi aku menangis memohon supaya Allah membukakan pintu hatinya agar kembali memikirkan bangsa bukan kelompoknya. Aku tak ingat sejak kapan Ayah mendendam dengan Jokowi?

Ah, mungkin ketika calon presiden pilihan Ayah kalah suara 5 tahun lalu, padahal TPS nya dekat dari rumah, tapi ternyata tetatangga kami malah memilih lawan politik Ayah.

Berkali-kali Ayah mencari perhatian, dari mengucapkan akan berjalan kaki Yogyakarta - Jakarta, atau memberikan isu sensitif namun tak sekalipun Jokowi mengajak Ayah ke Istana untuk sekedar bertanya kabar. Kalian tahukan sakitnya chatting yang cuman dibaca doang tapi enggak di reply? Ayah selalu mengecek handphonenya, Ayah selalu menatap layar ponselnya "kapan sih Pak Presiden menelponku?"

Tahun ini adalah tahun Politik, aku mulai kasihan melihat Ayah, Ayah seperti habis tenaga bahkan kemarin Minggu di Solo ayah sengaja mengerahkan massa untuk mengadakan pertemuan akbar Alumni 212 padahal aku sudah bilang izinnya enggak ada, enggak usah kesana pasti sepi.

Namun Ayah yang mulai pikun tetap berpikir yang hadir adalah 7 juta ummat di Monas, nah benar sajakan Ayah malah tiba ketika orang-orang sudah bubar.

Ayahku (Amien Rais) Mulai Bermimpi

Sore itu Ayah mendekatiku, Ayah berkata bahwa Ayah sudah melihat kode alam kalau Pak Probowo akan menang. Hatiku teriris perih emanatap mata Ayah, Aku serasa mengalami dejavu "ah Ayah kaulupa betapa sakitmu ketika mendapati kekalahan 5 tahun lalu?"

Bahkan aroma lantai posko kemenangan masih tercium sampai saat ini karena begitu khusyuknya Ayah sujud syukur kemenangan atas hitungan bodong kelompok mu. Ingin ku dekap Ayah dan bilang, "Sudahlah Ayah", tapi Aku tak kuasa karena aku tahu Ayah sudah tua dan bisa jadi hanya itu kebahagiaannya, hidup dalam mimpi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun