Mohon tunggu...
Ulfa Arifah
Ulfa Arifah Mohon Tunggu... Guru - Konselor SMP

Halo. saya suka membaca dan menulis. Mari berbagi.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Sakau HP

28 Agustus 2023   11:07 Diperbarui: 28 Agustus 2023   11:09 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Carolus Agus Waluyo

2). Membatasi penggunaan gadjet.

            Orang tua sebagai pemangku kewenangan di rumah perlu mengatur waktu kapan anak-anak dan remaja boleh bermain hp. Orang tua juga harus memberikan batasan waktu berapa lama anak boleh bermain hp. Tentu saja kebutuhan masing-masing usia berbeda. Anak-anak sebaiknya diberikan durasi yang lebih sedikit dari pada remaja, karena usia anak-anak masih perlu diperkenalkan dengan alam bebas dan dilatih bersosialisasi. Anak-anak juga perlu dilatih cara membaca jam, sehingga mereka tahu berapa menit mereka harus bermain sesuai batasan yang ditetapkan. Dengan demikian mereka akan memiliki tubuh dan jiwa yang sehat.

  • Bersikap tegas.

   Orang tua juga harus tegas terhadap anak yang tidak mematuhi batasan waktu dan aturan yang ditentukan. Konsekuensi perlu diterapkan bagi anak dan remaja yang tidak taat, karena apabila dibiarkan maka lama kelamaan mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang suka mencari-cari kesempatan dan alasan (suka memberontak). Ahirnya muncul penyakit malas dan tidak peduli atau masa bodoh terhadap lingkungan sekitar serta masa depan diri sendiri. Mereka cenderung menjadi anak yang semaunya sendiri dan tidak beretika di manapun mereka berada.

  • Konsisten. 

Orang tua seharusnya bisa melaksanakan apa yang menjadi ketetapan bersama, sehingga anak-anak dan remaja dengan mudah dan iklas melaksanakan aturan keluarga tersebut. Aturan yag dimaksud bukan hanya tentang kapan dan berapa lama mereka boleh bermain hp, namun juga tentang bagaimana mereka bermain. Posisi tubuh saat bermain, volume dan pencahayaan, konten yang boleh dibuka, dan lain sebagainya. Jika ada perbedaan dari orang tua antara tutur kata (aturan) dan sikap, maka anak-anakpun akan dengan mudah melanggar aturan tersebut. Aturan tinggal aturan yang tidak pernah dilaksanakan. Hal ini bisa menjadi pemicu anak-anak dan remaja untuk terbiasa melanggar aturan-aturan lain di luar keluarga. 

  • Memberikan gadjet di usia yang tepat.

Pengetahuan orang tua yang minim tentang betapa berbahayanya dampak penggunaan ponsel pintar bagi anak-anak dan remaja, menjadikan mereka dengan mudahnya memberikan ponsel. Hal tersebut diperparah dengan mindset orang tua yang menganggap bahwa ponsel pintar mampu merangsang kecerdasan anak, sehingga orang tua merasa tidak perlu mengontrol mereka atau belajar apapun tentang ponsel pintar. 

Ponsel sebaiknya diberikan saat buah hati telah beranjak dewasa, kira-kira seusia SMA kelas 11. Pada usia dewasa awal ini anak sudah mulai dominan menggunakan akalnya dari pada emosinya, dan mereka telah dirasa cukup belajar bersosialisasi dengan lingkungannya. Meskipun begitu mereka masih tetap membutuhkan kontrol sosial terutama dari orang tuanya, tentang apa yang baik dan tidak baik dari pemakaian ponsel tersebut. 

  • Menghargai anak. 


Seorang anak meskipun secara fisik kecil, namun mereka juga mempunyai jiwa. Mereka butuh diperlakukan seyalaknya orang dewasa. Anak-anak butuh dihormati dan dihargai. Harga diri anak akan muncul saat dia mendapatkan kepercayaan dan pujian untuk tingkah lakunya yang baik. Dan harga diri tersebut akan hancur saat mereka terlalu sering mendapatkan cercaan dan makian. Kekerasan baik verbal maupun tindakan akan membuat anak merasa disia-siakan. Pada ahirnya akan timbul rasa kecewa, sedih, marah dan dendam. Selanjutnya anak-anak bisa melakukan kekerasan kepada orang lain, binatang, bahkan diri sendiri. Anak-anak akan mencari pelampiasan termasuk menghabiskan waktunya untuk berkutat dengan hp tanpa peduli kerugian yang bisa ditimbulkannya.

  •  Memperbanyak aktivitas di luar ataupun di dalam rumah.

Upaya lain untuk bisa mengalihkan perhatian anak dari gadjet adalah meningkatkan aktivitas anak di dalam dan di luar rumah. Orang tua bisa mengajak anak untuk memasak bersama, bermain bersama, menggambar, membaca cerita, bersepeda, bertandang ke rumah saudara, atau apapun yang bisa membuat anak lupa dengan gadjet dan kembali aktif. 

  • Kerjasama antar orang tua di rumah, dan antara orang tua dan guru.

Hal yang sangat baik apabila antar orang tua bekerja sama menyamakan persepsi tentang cara mendidik anak, terutama berkaitan dengan pemanfaatan hp. Kerjasama ini bisa dalam bentuk aturan yang disepakati bersama. Ini berarti harus ada perkumpulan antar orang tua.

Kerjasama antara orang tua dan guru selain dalam bentuk komunikasi efektif dan sosialisasi tentang tata tertib sekolah, bisa juga dengan cara sekolah menyelenggarakan kebebasan penggunaan hp untuk kepentingan pelajaran, namun hp tersebut bisa terhubung langsung dengan guru dan orang tua, sehingga orang tua bisa tetap mengontrol apapun aktivitas anak-anaknya, dan bisa dengan cepat tertangani apabila ada hal-hal yang bisa menimbulkan kerugian. Ini berarti orang tua harus tahu dan belajar penggunaan ponsel pintar.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun