Mohon tunggu...
Ujang Saepulloh
Ujang Saepulloh Mohon Tunggu... Administrasi - Pencinta Buku

Seorang yang sedang belajar untuk menulis dari hasil membaca buku

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Menghilang, Menemukan Diri Sejati

19 Februari 2024   10:46 Diperbarui: 19 Februari 2024   10:56 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Judul : Menghilang, Menemukan Diri Sejati
Penulis : Fahruddin Faiz
Penerbit : Noura Books
Tahun terbit : 2022
Tebal : 317 hlm

Menghilang, acapkali dikonotasikan dengan hal yang tidak diinginkan. Misalnya pasangan kita menghilang, itu akan membuat kita sedih atau bahkan berprasangkan kurang baik. Namun, maksud “menghilang” dalam buku ini adalah proses memberi jeda pada diri untuk menemukan diri sejati. Ibaratnya ketika kita ingin melihat warna tembok, kalau kita terlalu rapat (sampai menempel) maka tidak akan terlihat. Oleh karena itu, harus ada ruang antara tembok dan kita, baru bisa terlihat.

Buku ini mengajak kita untuk memahami hidup dengan menjelajahi aneka perspektif dari beragam tokoh maupun aliran pemikiran. Pertama kita dikenalkan dengan Rene Descartes. Descartes mengajarkan kita cara “memberihkan pikiran”, karena di zaman maraknya informasi, isi kepala kita masuk apa saja dari banyak sumber. Maka dari itu, kata Descartes “Dubium sapientiae initium” (meragukan adalah sumber kebijaksanaan).

Sementara menurut Bergson akal bukanlah satu-satunya kemampuan manusia untuk mengenal realitas, padahal kita juga mempunyai intuisi. Akal memang penting, tetapi ia terbatas hanya untuk hal yang bersifat materi, untuk nonmateri, akal susah menjelaskan. Misalnya, ada teman sedang berdeham, yang ditangkap akal hanya bunyi deham yang disebabkan mungkin oleh tenggorokan gatal. Tetapi dari segi intuisi, deham itu bisa banyak makna.

Kemudian kita dikenalkan konsep absurditas oleh Camus. Banyak orang belajar tentang kebahagiaan, cara memperoleh kebagiaan dan apa isi kebagiaan itu. Padahal menurut Camus, ketika terus mencari pada saat itu juga kita akan merasa sumpek dalam pencarian.

Tak hanya membahas Descartes dengan rasionalitas, Bergson dengan intuisme dan Camus dengan absurditasnya. Pak Faiz pun mengajak kita menyelami pemikiran Timur dengan khas spiritualnya yaitu: Hinduisme, Buddhisme, Bushido serta pemikiran tokoh Mahatma Ghandi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun