Mohon tunggu...
Ofi Sofyan Gumelar
Ofi Sofyan Gumelar Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Warga Kota | Penikmat dan rangkai Kata

Today Reader Tomorrow Leader

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Melepas Penat di Badega Gunung Parang

2 Agustus 2020   14:55 Diperbarui: 2 Agustus 2020   14:44 636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warga Kota di Kaki Gunung Parang (Sumber: Dokpri)

Gara-gara Pandemi, Tak Banyak Pengunjung Ke Badega Gunung Parang (Sumber: Dokpri)
Gara-gara Pandemi, Tak Banyak Pengunjung Ke Badega Gunung Parang (Sumber: Dokpri)
Oh ya, untuk masuk ke area wisata Badega ini tak mahal kok. Harga tiketnya ada di kisaran lima ribu dan lima belas ribu rupiah. Dengan lima belas ribu rupiah ini, kita bisa hiking melewati jembatan kayu menuju titik start jalur pendakian. Titik ini juga ternyata sudah lumayan tinggi lho. Dari sini kita bisa melihat pemandangan sekitar Danau Jatiluhur di kejauhan.

Dari area parkiran, kami berjalan melalui trek anak tangga yang lumayan banyak menuju cek point pertama berupa warung kecil. Di sana kami sudah tunggu oleh Kang Baban, pengelola area Wisata Badega Gunung Parang. 

Sebagai pemanasan, kita disambut dengan anak tangga menuju cek point pendakian (sumber: dokpri)
Sebagai pemanasan, kita disambut dengan anak tangga menuju cek point pendakian (sumber: dokpri)
 Sejenak kami mengobrol sebentar seputar sejarah Badega Gunung Parang ini. Objek wisata ini katanya diresmikan pertama kali oleh mantan Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi, pada tahun 2012. Sementara untuk via Ferrata sendiri, gunung Parang terinspirasi oleh trek serupa di pegunungan Italia.

Sekedar informasi, pengelola wisata gunung parang sendiri terdiri dari tiga pengelola. Pendakian melalui Via Ferrata yang dikelola oleh Kang Baban dan kawan-kawan, kemudian Sky Lodge (hotel Gantung) dan jalur tracking. Masing-masing dikelola oleh pihak yang berbeda. Badega termasuk pelopor pengelolaan Gunung Parang ini.

Via Ferrata berupa tangga besi ini akan memudahkan orang untuk memanjat dinding. tapa perlu skill climbing yang mumpuni pun, orang cukup menapaki jalur-jalur besi ini dengan mudah. Itulah mungkin kenapa ada banyak orang yang mau mencoba jalur ini. saya sendiri melihat beberapa pengunjung yang akan menjat terlihat dari golonga orang kebanyakan. Tak terlihat mereka memiliki skill memanjat tebing. 

Kang Baban, kedua dari kanan, bertopi, Pengelola Objek Wisata Badega Gunung Parang (Sumber: Dokpri)
Kang Baban, kedua dari kanan, bertopi, Pengelola Objek Wisata Badega Gunung Parang (Sumber: Dokpri)
dalam masa normal, biasanya dalam sehari ada sekitar 100 orang yang menjajal via ferrata ini. Kini, selama masa pandemi, Kang Baban mengakui kalau pengunjung menurun drastis. oh ya, kalau kamu mau manjat ferrata, tarifnya bervariasi. Untuk ketinggian 200 meter, kamu harus merogoh kocek 150 ribu, sementara untuk ketinggian 900 meter, kamu bisa menjajalnya dengan tarif 450 ribu. Harga ini sudah termasuk perlengkapan mendaki serta dokumentasi yang dijepret oleh guide. 

Rombongan pengunjung yang bersiap melakukan pendakian (Sumber: Dokpri)
Rombongan pengunjung yang bersiap melakukan pendakian (Sumber: Dokpri)
Sekedar gambaran, untuk trek terpendek waktu pendakian membutuhkan sekitar 2 jam. Tadinya saya berniat menjajal via ferrata ini. Hanya saja karena tak ada teman, saya jadi mengurungkan niat. Gak asyik juga kalau menjat sendiri. Hahaha,... alesan, padahal mah masih ngumpulin keberanian!

Via Ferrata membuat semua orang bisa mendaki tanpa perlu keahlian memanjat (sumber: Dokpri)
Via Ferrata membuat semua orang bisa mendaki tanpa perlu keahlian memanjat (sumber: Dokpri)

Tak apa sih, mencoba jalur hiking di atas jembatan bambu juga sudah menyenangkan. Apalagi dengan rombongan yang banyak bercandanya, lumayan bisa melepas penat.

Jembatan bambu menuju puncak bukit (sumber: Dokpri)
Jembatan bambu menuju puncak bukit (sumber: Dokpri)
 Buat kamu yang membawa rombongan anak kecil, jembatan bambu ini cukup membantu untuk dilewati. Sebelum adanya jembatan kita, kita harus menyusuri jalan setapak yang lumayan terjal. Kini, semua sepertinya lebih mudah. 

Jembatan ini aman dilalui anak kecil (sumber: Dokpri)
Jembatan ini aman dilalui anak kecil (sumber: Dokpri)
Jembatan bambu ini lumayan juga bisa menjadi spot berfoto yang asyik. Beberapa kali kami sempat berfoto bersama di jembatan bambu, sekedar selfie atau berfoto bersama sambil mengambil nafas diantara jalur pendakian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun