Mohon tunggu...
Ofi Sofyan Gumelar
Ofi Sofyan Gumelar Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Warga Kota | Penikmat dan rangkai Kata

Today Reader Tomorrow Leader

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Seberapa Peduli Kamu kepada Lingkungan?

3 Agustus 2019   13:37 Diperbarui: 4 Agustus 2019   08:40 978
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lingkungan sehat jadi idaman semua warga | Sumber: Dokumentasi pribadi

Oke, sekarang kita cek jawabannya. Yup, mudah ditebak sih sebenarnya. Kalau jawabannya dominan A, berarti gaya hidup kalian belum go green. Bisa jadi teman-teman belum ngeh kalau kebiasaan kita punya kontribusi besar dalam membuat bumi makin panas. Don't worry, ini sih emang tipikal kebanyakan orang saat ini.

Kalau jawaban kalian dominan B, selamat! Kamu boleh mengklaim sebagai orang yang punya kepedulian pada kelestarian lingkungan. Yup, gaya hidup kalian sudah go green banget. Sangat jarang lho mereka yang ada di golongan ini. Andai banyak yang seperti kalian, mungkin bumi bakalan makin sejuk.

Sementara itu, buat kalian yang dominan jawabannya C, yah boleh dibilang kalian sudah mulai melek pentingnya menjaga lingkungan, tapi belum kuat aja niatnya. Actionnya masih setengah-setengah. Tapi mending lah ya daripada nggak sama sekali. oh yeah, jawaban saya banyak C nya juga.

Kalau dicermati delapan pertanyaan diatas hanya berkisar seputar polusi udara dan timbulan sampah, terutama soal plastik. Tentu saja jika dielaborasi lebih jauh masih banyak parameter lain untuk mengukur kepedulian kita pada kelestarian lingkungan ini. Cuma menurut saya memang kedua hal ini yang banyak disebabkan oleh kebiasaan sepele kita dalam sehari-hari.

Soal polusi udara, memang dampaknya tak main-main. Riset Kementerian Kesehatan pada tahun 2018 menyebut permasalahan kesehatan yang menghantui warga Jakarta seputar kesehatan saluran pernafasan. Pada tahun tersebut, di Jakarta terdapat prevalensi asma 2,6% dan prevalensi asma kambuh sekitar 52,7%, sementara prevalensi ISPA 2,7%, ISPA anak balita 5,4%, prevalensi pneumonia 2,2%, dan pneumonia anak balita 2%.

Kalau soal plastik atau styrofoam, material ini tergolong bahan yang paling banyak digunakan oleh kita. Lihat sekeliling kita, banyak barang-barang yang kita gunakan tak jauh dari plastik. Sayangnya, material ini tergolong sebagai bahan yang susah terurai di lingkungan. 

Laporan UN Environment terbaru berjudul "Single-use Plastic, A Roadmap for Sustainability" menyebutkan bahwa kantong plastik dan styrofoam adalah produk plastik yang paling bermasalah dalam pencemaran lingkungan. Gak aneh sih, kalau kita simak setiap kali ada berita bencana banjir, di sana kita kerap melihat sampah-sampah plastik yang menutup aliran sungai ataupun selokan.

Soal bahaya plastik bagi lingkungan, saya sudah menuliskannya di artikel kompasiana ini.

Terakhir, saya juga memasukan pertanyaan seputar kebiasaan kita menggunakan tisu dan kertas. Apa salahnya dengan kebiasaan tersebut? Ternyata industri tisu dan kertas termasuk yang disinyalir berperan aktif dalam peningkatan laju deforestasi hutan-hutan tropis, hilangnya biodiversitas, serta peningkatan emisi dunia. Bukan apa-apa, bahan baku tisu dan kertas adalah kayu.

Masalahnya, kayu tidak dihasilkan dalam waktu sekejap dan ada rentang waktu yang lama untuk bisa dipanen. Buat para pengusaha yang berpikiran sempit, cara tercepat adalah membabat hutan. Tahu sendiri kan hutan itu penyedia oksigen terbesar bagi dunia. Pantas saja bumi makin panas kalau hutan makin banyak dibabat.

Sebagai ilustrasi, katanya untuk menghasilkan 1 rim kertas HVS diperlukan 1 batang pohon berusia 5 tahun, sedangkan untuk menghasilkan 2 pak tisu berisi 40 sheet dibutuhkan 1 batang pohon berusia 6 tahun. Nah lho? Jadi begitulah kawan, semakin kita boros tisu atau banyak menggunakan kertas ya kita juga semakin mendorong laju deforestasi yang menyebabkan bumi makin panas juga. Setuju?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun