Mohon tunggu...
Ofi Sofyan Gumelar
Ofi Sofyan Gumelar Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Warga Kota | Penikmat dan rangkai Kata

Today Reader Tomorrow Leader

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Seberapa Peduli Kamu kepada Lingkungan?

3 Agustus 2019   13:37 Diperbarui: 4 Agustus 2019   08:40 978
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lingkungan sehat jadi idaman semua warga | Sumber: Dokumentasi pribadi

Melansir data dari AirVisual, sebuah situs penyedia peta polusi online, Kompas TV menyebut Jakarta kemarin (1/8/2019) berstatus sebagai kota dengan kualitas udara terburuk di dunia. Hah? Beneran nih?

Meskipun klaim ini dibantah oleh Kementerian Lingkungan Hidup maupun BMKG, rasanya sulit dibantah kalau polusi Jakarta memang dahsyat. Udara panas dan asap knalpot yang mengepung kota adalah fakta tak terbantahkan.

Pada saat yang sama, Jakarta dilanda gosip soal pengelolaan sampahnya. Beberapa waktu lalu terselip berita soal bagaimana Gubernur Anies Baswedan yang sensi mengomentari kesediaan Ibu Risma yang diminta membantu mengelola sampah Jakarta.

Begitulah, sepertinya sudah menjadi kelaziman bagaimana kota-kota besar dilanda permasalahan lingkungan. Selain polusi dan sampah, ada lagi soal banjir, sungai hitam pekat, selokan mampet, atau sampah plastik berserakan menjadi problematika kota sehari-hari. 

Sadar gak sih akhir-akhir ini cuaca makin tak menentu? Kalau musim kemarau terasa panas banget, tapi sekalinya hujan malah deras banget yang bikin banjir? Suka tidak suka, apa yang dibilang global warming ini nyata adanya. Siapa yang salah? Ayolah, gak usah menyalahkan siapa-siapa karena bisa jadi kita semua berkontribusi pada kondisi bumi saat ini.

Hal-hal sepele yang sudah menjadi kebiasaan kita mungkin saja berkontribusi menyebabkan kerusakan pada lingkungan kita. Ambil contoh, keseringan beli produk dalam kemasan sachet secara tak sadar menyumbang produksi plastik berlebih. 

Lha, emang apa masalahnya? Yaah, plastik kan salah satu material yang susah terurai, masih lumayan lah kalau didaur ulang, kalau dibuang sembarangan apa tidak mencemari lingkungan?

Saya gak munafik dengan menyebut saya paling peduli soal lingkungan. Tapi berbekal sedikit kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan, sambil iseng saya coba merinci kebiasaan-kebiasaan kita yang secara tak langsung ternyata turut mempengaruhi kondisi lingkungan kita.

Biar asyik dan terukur, saya coba menyusunnya dalam bentuk kuis dengan beberapa jawaban pilihan ganda. Saya sengaja menyediakan jawaban untuk setiap pertanyaan biar kalian gak repot-repot mikir cari jawabannya. 

Supaya terkesan ilmiah, nantinya dari jawaban tersebut saya coba kelompokan ke dalam beberapa kategori untuk melihat seberapa peduli kita terhadap lingkungan. Sebagai disclaimer, kuis ini memang gak ilmiah-ilmiah amat. Hanya saja rasanya cukup representative menggambarkan bagaimana kita juga turut andil merusak lingkungan.

Biar keren, saya menamakan kuis ini dengan istilah green quiz. Gapapa ya?

Sudah siap? Mari kita cek seberapa go green kita dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan dibawah ini.

1. Kamu perlu belanja ke mini market di depan kompleks rumahmu. Jaraknya sih cuma sekitar 500 meter dari rumahmu.

    a. Naik motor aja, biar cepat sampai.

    b. Naik sepeda, dekat ini.

    c. Kadang naik motor kadang jalan kaki. Gimana mood aja

2. Buat membawa barang belanjaan dari minimarket tersebut kamu biasanya...

     a. Beli aja kantong plastik yang disodorin kasir, cuma 200 rupiah ini.

     b. Bawa kantong belanjaan sendiri dari rumah.

     c. Kalau ingat bawa kantong sendiri, kalau lupa ya tinggal beli kantong kresek aja dari kasir.

3. Tiap hari kamu pergi ke kantor

     a. Naik motor atau mobil sendiri, lebih praktis.

     b. Seringnya naik busway atau kereta.

     c. Kadang naik kendaraan umum, kadang naik motor sendiri.

4. Menurutmu kalau ada yang bike to work

     a. Ngapain? Bikin cape deh.

     b. Saya juga ber-bike to work.

     c. Kayaknya ingin nyoba sih sekali-kali.

5. Biar gak kehausan, kamu biasanya...

    a. Beli air dalam kemasan aja, lebih praktis

    b. Kemana-mana bawa tumbler

    c. Kalau space di tas kosong, saya bawa tumbler.

6. Kebiasaan kamu kalau makan di restoran fastfood

    a. Banyakan makan pake sterofoam atau piring kertas sekali makan.

    b. Milih yang menyediakan sajian dalam piring kaca.

    c. Sedapatnya aja, yang penting makanannya enak.

7. Buat ngelap keringat, kamu memilih ...

    a. Pake tisu aja.

    b. Saya bawa sapu tangan kesayangan kemana-mana.

    c. Kalau nemu tisu, saya pake tisu. Lumayan biar sapu tangan saya utuh.

8. Kamu nongkrong di kafe buat sekadar ngopi atau hangout sama teman.

     a. Pesan kopi dalam paper cup atau plastic cup aja, biar praktis.

     b. Saya minta disajikan pake cangkir aja, lebih nikmat.

     c. Terserah sedikasih baristanya aja.

Oke, sekarang kita cek jawabannya. Yup, mudah ditebak sih sebenarnya. Kalau jawabannya dominan A, berarti gaya hidup kalian belum go green. Bisa jadi teman-teman belum ngeh kalau kebiasaan kita punya kontribusi besar dalam membuat bumi makin panas. Don't worry, ini sih emang tipikal kebanyakan orang saat ini.

Kalau jawaban kalian dominan B, selamat! Kamu boleh mengklaim sebagai orang yang punya kepedulian pada kelestarian lingkungan. Yup, gaya hidup kalian sudah go green banget. Sangat jarang lho mereka yang ada di golongan ini. Andai banyak yang seperti kalian, mungkin bumi bakalan makin sejuk.

Sementara itu, buat kalian yang dominan jawabannya C, yah boleh dibilang kalian sudah mulai melek pentingnya menjaga lingkungan, tapi belum kuat aja niatnya. Actionnya masih setengah-setengah. Tapi mending lah ya daripada nggak sama sekali. oh yeah, jawaban saya banyak C nya juga.

Kalau dicermati delapan pertanyaan diatas hanya berkisar seputar polusi udara dan timbulan sampah, terutama soal plastik. Tentu saja jika dielaborasi lebih jauh masih banyak parameter lain untuk mengukur kepedulian kita pada kelestarian lingkungan ini. Cuma menurut saya memang kedua hal ini yang banyak disebabkan oleh kebiasaan sepele kita dalam sehari-hari.

Soal polusi udara, memang dampaknya tak main-main. Riset Kementerian Kesehatan pada tahun 2018 menyebut permasalahan kesehatan yang menghantui warga Jakarta seputar kesehatan saluran pernafasan. Pada tahun tersebut, di Jakarta terdapat prevalensi asma 2,6% dan prevalensi asma kambuh sekitar 52,7%, sementara prevalensi ISPA 2,7%, ISPA anak balita 5,4%, prevalensi pneumonia 2,2%, dan pneumonia anak balita 2%.

Kalau soal plastik atau styrofoam, material ini tergolong bahan yang paling banyak digunakan oleh kita. Lihat sekeliling kita, banyak barang-barang yang kita gunakan tak jauh dari plastik. Sayangnya, material ini tergolong sebagai bahan yang susah terurai di lingkungan. 

Laporan UN Environment terbaru berjudul "Single-use Plastic, A Roadmap for Sustainability" menyebutkan bahwa kantong plastik dan styrofoam adalah produk plastik yang paling bermasalah dalam pencemaran lingkungan. Gak aneh sih, kalau kita simak setiap kali ada berita bencana banjir, di sana kita kerap melihat sampah-sampah plastik yang menutup aliran sungai ataupun selokan.

Soal bahaya plastik bagi lingkungan, saya sudah menuliskannya di artikel kompasiana ini.

Terakhir, saya juga memasukan pertanyaan seputar kebiasaan kita menggunakan tisu dan kertas. Apa salahnya dengan kebiasaan tersebut? Ternyata industri tisu dan kertas termasuk yang disinyalir berperan aktif dalam peningkatan laju deforestasi hutan-hutan tropis, hilangnya biodiversitas, serta peningkatan emisi dunia. Bukan apa-apa, bahan baku tisu dan kertas adalah kayu.

Masalahnya, kayu tidak dihasilkan dalam waktu sekejap dan ada rentang waktu yang lama untuk bisa dipanen. Buat para pengusaha yang berpikiran sempit, cara tercepat adalah membabat hutan. Tahu sendiri kan hutan itu penyedia oksigen terbesar bagi dunia. Pantas saja bumi makin panas kalau hutan makin banyak dibabat.

Sebagai ilustrasi, katanya untuk menghasilkan 1 rim kertas HVS diperlukan 1 batang pohon berusia 5 tahun, sedangkan untuk menghasilkan 2 pak tisu berisi 40 sheet dibutuhkan 1 batang pohon berusia 6 tahun. Nah lho? Jadi begitulah kawan, semakin kita boros tisu atau banyak menggunakan kertas ya kita juga semakin mendorong laju deforestasi yang menyebabkan bumi makin panas juga. Setuju?

Soal bijak menggunakan kertas ini saya pernah menulisnya juga di artikel ini.

Sekarang mah setelah menjawab green quiz di atas, semoga saja teman-teman bisa mengukur sejauh mana kita sudah berbuat bagi lingkungan kita. Simpel saja sih, kita bisa mulai berkontribusi menjaga bumi dengan mengubah kebiasaan-kebiasaan kecil kita yang ternyata punya dampak besar bagi kerusakan lingkungan. Bukan begitu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun