Mohon tunggu...
Ofi Sofyan Gumelar
Ofi Sofyan Gumelar Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Warga Kota | Penikmat dan rangkai Kata

Today Reader Tomorrow Leader

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menyerap Energi Baik dari Perut Bumi

15 Agustus 2018   18:03 Diperbarui: 15 Agustus 2018   18:12 526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menyerap Energi baik Gas Alam (Sumber: gagas.co.id)

Hukum kekekalan energi  menyebut kalau energi itu tidak bisa diciptakan dan tidak bisa dimusnahkan. Ia hanya berubah dari satu bentuk menjadi bentuk energi lainnya. Dengan analogi yang sama, saya percaya energi baik itu menular dan disebarkan dari satu orang kepada orang lainnya.

Jakarta, 18 November 2017. Jarum panjang di jam tangan saya menunjukkan angka 07.45 saat kereta Malabar Ekspress yang saya tumpangi menghentikan lajunya di Stasiun Senen, Jakarta. Bersama puluhan orang lainnya, saya segera beringsut keluar dari gerbong ular besi yang membawa saya dari Purwakarta ke tanah ibu kota ini. Iya, hari ini saya ada urusan di kota yang dipimpin Anies Baswedan ini.

Dengan langkah santai saya berjalan menuju pintu keluar Stasiun. Hape dalam genggaman sudah membuka aplikasi transportasi online. Di Jakarta, apalagi cara terpraktis bepergian selain memesan angkutan daring?

Akan tetapi, entah kenapa saya sepertinya enggan untuk menekan tombol "pesan" pada aplikasi tersebut. Benak saya melayang pada memori beberapa dekade silam. Ingatan saya memutar kenangan saat saya sempat tinggal di Jakarta. Kala itu, saya sering bepergian naik angkutan khas negeri India. Bajaj. Apa kabar Bajaj hari ini?

Saya urungkan niat naik ojek online. Saya ingin bernostalgia naik Bajaj lagi. Kabarnya ia sudah bersalin rupa. Bukan lagi berwarna merah menyala, tapi sudah berbaju biru. Katanya ia sudah tak lagi berisik, tak ada lagi asap mengepul dari knalpotnya, meskipun cerita soal kebut-kebutan dan nyelip-nyelip masih menghiasi kabar dari teman-teman yang tinggal di ibukota.

Tak sulit untuk menemukan Bajaj di depan Stasiun. Saya segera menghampiri salah satunya yang sedang mangkal. Setelah tawar menawar sedikit, akhirnya saya sudah duduk di dalam bajaj. Bajaj pun melesan ke bilangan Abdul Moeis, destinasi yang saya tuju.

Kini Bajaj Tak Lagi Identik Dengan Asap Hitam Tebal dan Suara Bising (Sumber: Dokpri)
Kini Bajaj Tak Lagi Identik Dengan Asap Hitam Tebal dan Suara Bising (Sumber: Dokpri)
Sepanjang perjalanan saya coba ngobrol sekedar mencairkan suasana. Sopir bajaj yang saya tumpangi bernama Kusno, saya taksir usianya tak lebih dari 50 tahunan. Asli Klaten. Katanya ia sudah 10 tahun lebih mengadu nasib sebagai sopir bajaj.

"Bajaj ini pakai bahan bakar gas, mas" kata Pak Kusno menjawab keheranan saya soal knalpotnya yang gak lagi berisik dan berasap.  "kalau dulu kan pakainya bensin campur oli, ... selain asapnya yang butek, suaranya bisa ngalahin speaker hajatan di kondangan ya mas, hehehe..."

Saya hanya terkekeh mendengar lelucon Pak Kusno. Baguslah, kini Bajaj lebih beradab. Minimal bisa mengurangi potensi polusi udara dan suara di Jakarta yang sudah sedemikian crowded.

"Yang paling terasa sih soal iritnya itu lho mas. Harga seliter gas cuma sekitar empat ribuan, bandingkan dengan bensin yang mencapai tujuh ribuan gituh,.." ujarnya lagi.

Naik Bajaj Sebagai Alternatif Moda Transportasi Ibu Kota (Sumber: Dokpri)
Naik Bajaj Sebagai Alternatif Moda Transportasi Ibu Kota (Sumber: Dokpri)
Empat ribu rupiah untuk 1 liter gas? Wah murah banget. Sayangnya Pak Kusno tak bisa memperkirakan perbandingan jarak tempuhnya untuk setiap 1 liter gas dengan 1 Liter bensin tersebut. Hanya saja ia menekankan kalau pengeluarannya berkurang secara signifikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun