Alam semesta terdiri dari satuan-satuan materi. Setiap partikel, atom, atau galaksi,betapapun seperti tak terhitung saking banyaknya secara matematis pada akhirnya tetep himpunan yang masih bisa dihitung, dijumlahkan, dan dipetakan. Maka, meskipun jumlahnya amat besar, totalitas seluruh materi yang ada di alam tetap akan menghasilkan keterbatasan
Dari sini, jelaslah bahwa mustahil dari penjumlahan atau totalitas keseluruhan materi lahir sesuatu yang maha tak terbatas. Kemaha takterbatasan tidak mungkin disusun dari bilangan, unsur, atau satuan. Ia bukan hasil penjumlahan, bukan akumulasi ruang, bukan gerak waktu karena substansinya bukan materi.
Hanya yang terbatas yang bisa memunculkan ruang-gerak-waktu-hukum fisika serta matematika
Dalam bahasa filsafat, kemaha takterbatasan mutlak berada di luar kategori bilangan. Dalam bahasa agama, ia adalah Yang Absolut, yang tidak terdiri dari bagian, tidak tersusun, tidak berhenti pada unsur-Identik dengan dzat Ilahi
Maka rekonstruksi matematika sekaligus membuktikan keniscayaan adanya Tuhan yang esa-menurut konsep agama wahyu
Maka, ketika sains berbicara tentang "kekosongan" (vacuum)-sesuatu diluar materi semesta, sesungguhnya ia baru mengintip satu tirai kecil dari adanya kenyataan lebih tinggi yang sudah tidak bisa digapai dan dilukiskan oleh bahasa sains-dari sini ada estafet menuju bahasa metafisika-bahasa agama.
Kekosongan fisik yang masih bisa dideteksi oleh sains masih berada di dalam ruang dan waktu selama masih bisa diukur secara matematis-Tetapi ketakterbatasan sejati atau saya istilahkan "kemaha tak terbatasan" berada di luar semua itu: sesuatu yang tanpa ruang, tanpa materi,tanpa gerak dan tanpa waktu
Di titik inilah matematika berhenti, fisika terdiam, dan hanya filsafat serta agama yang membicarakannya.
Jadi metafisika ada karena ia memiliki dasar kenyataan ; Ada kemaha tak terbatasan yang sudah bukan materi dibalik materi alam semesta
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI