Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Dasar realitas ; Antara fisika vs metafisika (2)

18 Februari 2025   09:05 Diperbarui: 18 Februari 2025   09:05 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karakter manusia itu suka memikirkan sesuatu hingga ke dasarnya paling dasar hingga ke level mentok istilahnya.Maka itu dalam filsafat ada istilah "essensi, substansi,hakikat,ontologi" dan dalam dunia agama wahyu ada ilmu hakikat untuk mengembalikan persoalan ke level paling mendasar.

Nah demikian pula ketika manusia menemukan realitas sebagai obyek persoalan ilmu pengetahuan maka mereka pun mempersoalkannya hingga ke dasarnya yang paling dasar. Baik sains, filsafat maupun agama memiliki pandangan tersendiri perihal apa itu hakikat dasar dari kenyataan.Bedanya adalah,Dalam sains dan filsafat persoalan itu digali sendiri oleh manusia sedang dalam agama dituntun oleh penjelasan wahyu

Nah ketika berhadapan dengan persoalan realitas manusia menemukan pemahaman bahwa dunia nampak adalah bukan dasar dari realitas,Dan itu merupakan pengetahuan umum dalam metafisika dan apalagi dalam agama wahyu.Nah kita juga bisa menemukan penjelasan yang serupa dalam sains,di era sains modern ada pernyataan bahwa dunia kuantum adalah dasar dari realitas dunia nampak karena memang itu ujung atau muara dari dunia fisik yang kita lihat.

Dewasa ini tema "quantum reality" sering jadi topik diskusi ilmiah yang tampaknya sangat menarik dan menggairahkan banyak orang-sedang begitu viral, Bahasannya banyak di ulas secara bertubi tubi dalam youtube dan ada banyak pemikir yang membuat buku khusus soal tema tersebut.Bandingkan dengan bahasan metafisika dibalik dunia fisik yang nampak lebih "senyap".

Tapi seperti sudah saya jelaskan bahwa karakter penjelasan sains dengan metafisika itu berbeda secara substansi,sains mengacukan pada pengamatan indera serta karakter materi di level kuantum sedang metafisika bukan mengacu pada penampakan kuantum tapi pada penjelasan metafisis yang konstruksinya bersifat logic-logosentris- mengandalkan tela'ah akal untuk memahaminya

Kalau bicara idealitas maka penjelasan tentang dasar dari seluruh fenomena itu idealnya memang bersifat lengkap dalam artian mengakomodasi semua penampakan di dunia nampak sehingga apapun yang ada di dunia nampak itu ada penjelasan substansial atau essensial nya.

Apa yang nampak di permukaan dunia nyata yang terlihat oleh mata telanjang kita itu memang secara logis IDEALNYA ada penjelasan hakikatnya-essensialnya atau penjelasan metafisisnya sehingga kita bisa faham secara ruhani-secara akal budi apapun yang ada dan terjadi di dunia nyata,misal faham sebab akibatnya,faham logika nya sampai faham hakikat serta makna terdalamnya,INI ADALAH PANDANGAN METAFISIS YANG IDEAL

Artinya,beda dengan binatang,manusia itu makhluk yang memiliki karakter memikirkan apa yang metafisis dibalik seluruh fenomena apa yang mereka lihat secara inderawi

Dan artinya manusia bisa faham bahwa ada konstruksi dibalik dunia nampak yang kita lihat ini,dan bila dunia nampak ditangkap oleh mata maka konstruksi dari dunia nampak itu ditangkap oleh alam pikiran.Bila kenyataan ibarat sebuah gedung besar yang langsung nampak mata maka dibalik gedung besar itu ada konstruksi yang tidak nampak tapi menentukan dalam hal berdirinya gedung tsb.

Nah pemahaman perihal adanya konstruksi dibalik realitas nampak itu yang digali oleh para filsuf dan dalam agama wahyu serta ilmu teologi itu merupakan ilmu pengetahuan yang sangat mendasar.Dalam sains kita dapat menemukan bahwa kerangka tersebut berupa set hukum alam dan turunannya hukum fisika yang sampai level kuantum (hingga batasan tertentu) pun kerangka hukum fisika itu masih dapat ditemukan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun