Kebenaran bukanlah sesuatu yang hanya bersifat fisik dan dapat ditangkap secara inderawi,Tapi kebenaran juga adalah suatu yang melibatkan akal budi-sesuatu yang akal budi dapat menangkap dan memahaminya,Dan lebih dalam lagi,Kebenaran di level essensi-intisari-saripatinya adalah sesuatu yang hati nurani kita dapat menghayati dan meresapinya (merasuk kedlm kalbu)
Itu sebab ada beragam level kebenaran ; Kebenaran empiris,kebenaran rasional dan kebenaran maknawiah ( makna makna-hikmat-pengertian hati)
Itulah,bicara Kebenaran (dengan K besar) artinya bukan melulu hanya melibatkan inderawi + alat bantu inderawi (teknologi) tapi seluruh peralatan berpikir yg bersifat mendalam akan dilibatkan di dlmnya
Maka bila orang ingin mencari kebenaran tak cukup dengan berbekal indera + alat teknologi + dalil dalil empirisme-positivism super ketat,Kalau  akal budi dan nuraninya tidak terbuka maka ia hanya akan berputar pada kebenaran level permukaan (level empiris)
Maka itu kitab suci berkali menyerukan penggunaan akal budi dan nurani karena Tuhan dan konsep ajaranNya tidak akan difahami oleh orang yg tertutup akal budi dan nurani nya.Sebab itu dlm agama banyak hal yg dibuat gaib itu agar manusia dlm berpikir tidak hanya bertumpu pd input inderawi tapi lebih pd menggunakan mata batin nya ; akal budi,nurani
Karena intisari-saripati kebenaran atau kebenaran level tertinggi dan terdalam yg diajarkan agama BUKAN terletak pada hal bersifat fisik-materi tapi pd hal yang bersifat non fisik-metafisik.Dunia fisik-materi itu sebanyak apapun itu baru bahan baku untuk didalami dan bukan muara kebenaran
Dlm agama yg disebut kebenaran bukan hanya teori teori yg berputar dikepala tapi intisarinya adalah suatu yg mengarah dan merasuk kedlm kalbu.Tentu saja ada level ilmu yg menjembatani utk sampai kesana-bukan dengan jalan berimajinasi secara liar