Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Apakah Manusia Penguasa Tunggal Atas Pikirannya?

15 Juni 2023   07:35 Diperbarui: 15 Juni 2023   07:39 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada apa dalam diri selain pikiran kita ? Mengapa kita bisa mengalami semua yang saya paparkan diatas. Itu sebuah pertanyaan besar yang akan menguak rahasia hakikat diri manusia.Akan ada banyak teori psikologi yang berbicara.Tapi agama wahyu tentu memiliki jawabannya tersendiri yang pasti bukan berbentuk teori psikologi

Agama menyebut bahwa Tuhan berkomunikasi dengan manusia itu dengan beragam cara ; Melalui wahyu (khusus untuk para nabi),melalui mimpi (spt misal mimpi yang dialami nabi Yusuf A.S) dan melalui intuisi intuisi yang bermanfaat-bermakna

Bahkan al hadits menyebut bahwa sosok makhluk penggoda yang bisa menyusup kedlm jiwa itu bisa membuat manusia lupa pada sesuatu.Tapi ini hanya untuk yang beriman yang telah faham eksistensi makhluk gaib,Karena psikologi dan filsafat sekuler tak mengenal hal itu

Menyingkapi Pikiran

Jika pikiran kita kerap kali salah, lalu bagaimana kita harus hidup? Pertanyaan ini, pada hemat saya, harus dipukul lebih jauh dengan pertanyaan berikut, apakah diri kita hanya pikiran kita semata? Apakah pikiran di kepala kita identik dengan keseluruhan diri kita? Jika dipikiran secara mendalam, jawabannya jelas: bukan.

Jadi, biarkan pikiran datang dan pergi. Jangan percaya dengan pikiranmu. Anda dan saya tidaklah sama dengan pikiran yang datang dan pergi di kepala kita. Gunakan pikiranmu seperlunya, namun jangan pandang dia mentah-mentah sebagai kebenaran mutlak tentang segalanya.

Inilah yang disebut kebebasan sesungguhnya. Orang yang bebas dari pikirannya sendiri berarti ia tidak diperbudak oleh suara-suara yang ada di kepalanya. Ia bisa berpikir dengan jernih untuk menyingkapi berbagai hal dalam hidupnya. Ia bisa menjadi orang yang bijaksana di dalam beragam keadaan.

Ketika sedih datang, kita sedih. Ketika gembira datang, kita gembira. Kita biarkan semuanya datang dan pergi, tanpa keinginan untuk memegang erat-erat pikiran yang datang. Ingat, kita bukanlah pikiran kita.

Tidak Tahu

Jika pikiran kita kerap kali salah, maka apa yang harus kita percaya di dalam hidup kita, terutama untuk membuat beragam keputusan? Pertama, kita harus sadar, bahwa pengetahuan kita tentang dunia tidak pernah sepenuhnya benar. Dengan kata lain, kita sesungguhnya tidak tahu, apa yang ada di dalam realitas.

Ketika kita sepenuhnya sadar, bahwa kita tidak tahu, maka semuanya akan menjadi jelas. Inilah yang disebut sebagai "pikiran tidak tahu", yakni pikiran yang terbuka untuk beragam kemungkinan. Pikiran semacam ini jauh dari keyakinan akan kebenaran mutlak. Ketika kita hidup dengan "pikiran tidak tahu ini", maka intuisi kita akan terlatih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun