Narasi narasi sejarah peradaban ilmu di dunia "barat" selalu disisipi dengan peristiwa sejarah yang dinarasikan sebagai "pertentangan agama dengan ilmu pengetahuan" tapi ilmu pengetahuan dimaksud kadang ternyata baru berdasar hipotesa-bukan berdasar fakta empirik otentik teramati ini cacat besar yang mesti dikoreksi
Pertanyaan yang ideal mestinya; Apakah agama wahyu berlawanan dengan fakta-kenyataan yang ditemukan sains (bukan dengan hipotesa) ?
Kemudian,bagaimana menyelaraskan antara apa yg ada pada firman dengan kenyataan yang ditemukan sains ? Apakah menafsir wahyu bisa hanya dengan instrument sains atau harus menggunakan instrument keilmuan lain selain sains ?
Itulah,memandang ilmu=hanya sains sehingga agama selalu dihadapkan langsung dengan sains ketika dipermasalahkan secara keilmuan itupun sudah merupakan sebuah mindset serta pra anggapan yg keliru.karena ilmu pengetahuan itu tentu bukan hanya sains.sains hanya salah satu bentuk ilmu.selain sains (ilmu dunia materi) ada misal ilmu logika,ilmu hakikat, ilmu hikmat (dlm ranah agama),ilmu tentang moral,ilmu tentang seni dan etik (konsep konsep ilmu bernuansa metafisik) dlsb.
Dan itulah memaksa publik misal untuk percaya suatu teori berbasis hipotesa seperti teori asal usul manusia=fakta empirik yang kebenarannya harus dianggap mutlak itu maka itu diindikasikan bukan pernyataan sainstifik tapi pernyataan subyektif-pribadi- golongan yang terindikasi demi kepentingan sesuatu yang sudah berada diluar sains
Jadi mengapa harus ada yang sewot-tidak terima ketika suatu teori hipotetis dikritisi atau dipermasalahkan dan orang yamg mengkritisi berbalik diserang secara tidak etis atsu distigma dengan atigma stigma negatif misal seolah "tak faham teori sains" ?