Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Batas Kekuatan Pikiran Manusia dan Karyanya

19 Juni 2019   07:37 Diperbarui: 19 Juni 2019   12:51 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Images : techno.okezone.com

Artinya, saya setuju bahwa alam fikiran manusia itu harus diperluas se luas mungkin, se luas luasnya bahkan harus melampaui seluruh realitas yang kini telah kita gapai.ini adalah semacam motivasi agar manusia dapat berupaya se maksimal mungkin apakah itu dalam hal yang bersifat pribadi semisal upaya menggapai cita cita atau yang menyangkut prinsip sainstifik semisal pengembangan teknologi

Tetapi di sisi lain sayapun sadar bahwa seluruh upaya manusia, apakah upaya menggapai cita cita yang bersifat pribadi atau upaya upaya manusia terkait pengembangan teknologi itu harus mengenal batasan (!) batasan itu adalah adanya hukum alam atau istilah lain adalah 'hukum kehidupan pasti' atau 'sunnatullah' atau ketetapan Tuhan yang didesain Tuhan dalam ranah kehidupan makhluk ciptaanNya yang MUSTAHIL bisa ditembus oleh upaya manusia yang bagaimanapun

Sekuat kuatnya dan se keras kerasnya saya berupaya menggapai cita cita duniawi misal maka itu dibatasi umur yang terus berkurang setiap saat kita pakai,lalu sampai manapun hasil yang dapat kita raih dari cita cita duniawi kita itu maka itu tetap tak akan bisa mengekalkan hidup kita, kita tetap akan tua dan mati juga sehingga upaya menggapai cita cita duniawi tetaolah harus dibarengi cita cita akhirat

Karena ingat, banyak orang yang stress, putus asa bahkan hingga bunuh diri karena ia kecewa tidak dapat meraih impian duniawinya, dianggapnya prestasi duniawi itu sebagai segalanya atau mungkin dianggap bisa mengekalkan kehidupan dunia nya

Atau betapapun kerasnya usaha kita maka ingat bahwa kemungkinan tidak tercapai itu selalu ada karena ada faktor takdir bagi yang mengimaninya tentu yang mustahil atau tetap tak akan bisa kita tembus untuk dapat merubahnya sehingga kita tetap tak boleh serba memastikan hasil dari apapun yang kita perbuat

Dan ingat, di ranah teknologi banyak orang yang tanpa sadar telah terjerumus ke ranah angan angan yang sama sekali jauh dari bersikap realistik dan itu terjadi karena mereka tidak membatasi diri dengan pemahaman akan hukum alam atau sunnatullah itu

Contoh, ketika manusia telah bisa membuat robot berbasis AI maka sebagian ada yang menyatakan bahwa sebentar lagi lahir teknologi yang bisa menyaingi bahkan mengalahkan manusia bahkan melawan pembuatnya bahkan menggantikan ras manusia.lalu dibuatlah film film fiksi ilmiah tentang robot AI dengan kemampuan kemampuan fantastik yang sudah melampaui hukum alam! 

Atau contoh lain adalah film film fiksi ilmiah tentang mesin waktu yang membuat manusia bisa berkelana ke masa silam atau manusia yang bisa menghilang atau berubah menjadi robot,atau orang mati yang dengan teknologi tertentu bisa dihidupkan kembali dlsb.dlsb.

Atau contoh lain adalah presentasi ilmiah yang judulnya sangat bombastis misal yang berbunyi :'10 teknologi yang mengancam kepunahan umat manusia di masa depan' dan didalamnya berbicara beragam karya cipta teknologi canggih termasuk tentang robot AI itu 

(bagaimana mungkin mesin buatan manusia bisa memusnahkan ras pembuatnya sendiri ? ) kecuali teknologi semacam senjata pemusnah massal tentu

Dan itulah intinya, tanpa dibekali pemahaman akan hukum kehidupan pasti atau sunnatullah atau pemahaman akan ketetapan Tuhan yang mustahil bisa dirubah atau pemahaman akan takdir-ketentuan Tuhan maka inspirasi inspirasi tentang perluasan fikiran,kekuatan alam fikiran yang sering dilukiskan maha dahsyat itu atau inspirasi inspirasi pengembangan teknologi sering malah tanpa sadar membuat manusia terperosok ke dunia angan angan-imajinasi imajinasi tanpa batas

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun