Pengertian ulama secara harfiyah adalah "orang-orang yang memiliki ilmu". tetapi makna 'ilmu' disini tentu adalah ilmu yang memiliki hubungan dengan masalah keagamaan.harus dibedakan misal dengan orang orang berilmu seperti saintis,fisikawan,ahli matematika,teknolog dlsb. yang tidak mengaitkan ilmu yang dimilikinya secara langsung dengan kegiatan keagamaan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ulama adalah orang yang ahli dalam hal atau dalam pengetahuan agama Islam. Kata ulama berasal dari bahasa Arab, bentuk jamak dari kata 'aalim. 'Aalim adalah isim fa'il dari kata dasar:'ilmu. Jadi 'aalim adalah orang yang berilmu dan 'ulama adalah orang-orang yang punya ilmu.
Ulama (Arab: al-`Ulam`, tunggal lim) adalah pemuka agama atau pemimpin agama yang bertugas untuk mengayomi, membina dan membimbing umat Islam baik dalam masalah-masalah agama maupum masalah sehari hari yang diperlukan baik dari sisi keagamaan maupun sosial kemasyarakatan. Makna sebenarnya dalam bahasa Arab adalah ilmuwan atau peneliti, kemudian arti ulama tersebut berubah ketika diserap kedalam Bahasa Indonesia, yang maknanya adalah sebagai orang yang ahli dalam ilmu agama Islam. (Wikipedia).
............
Dalam pandangan agama sebagaimana yang tertera dalam al hadits ulama memiliki sebutan sebagai 'pewaris nabi' dalam arti makna nya kurang lebih; seorang yang hidup dan berjuang demi untuk agama mewarisi semangat serta eksistensi seorang nabi yang seluruh kehidupannya diabdikan demi hanya untuk untuk agama.dengan kata lain,ulama adalah individu yang diberi amanat oleh Tuhan untuk selalu membawa serta membimbing umat ke dan dalam jalan Tuhan persis sebagaimana yang dilakukan oleh seorang nabi-rasul. bila diibaratkan kereta api maka ulama adalah individu yang telah ditetapkan untuk nya rel yang harus dilalui nya
Dengan kata lain ulama adalah profesi yang memiliki 'hakikat' tersendiri. hakikat ulama kurang lebih adalah 'seorang yang ber ilmu yang mengabdikan ilmu nya demi untuk kepentingan agama'. seorang ulama dalam hakikat ke ulama annya ibarat ikan dalam air,ketika ia keluar dari hakikatnya maka itu ibarat ikan keluar dari air sehingga hakikatnya sebagai ulama otomatis dapat menjadi luntur atau bahkan hilang
Ulama bukan gelar formal yang diberikan oleh sebuah lembaga pendidikan formal tetapi lebih merupakan gelar non formal yang diberikan oleh umat dan bagaimana hakikat ke ulamaan itu eksist ditengah umat itu hanya bisa ditangkap oleh kalbu-batin masing masing umatnya,bila seorang yang dikategorikan ulama masih memiliki marwah-pengaruh batin yang kuat yang membuat umat menjadi senantiasa merasa didekatkan dengan Tuhan-agama nya maka pada dirinya masih melekat hakikat ke ulama annya
Dalam realitasnya di masyarakat ulama tidak selalu melulu hanya yang  menggumuli ilmu keagamaan semata tetapi ada yang nyambi melakoni profesi lain.ada ulama yang melakoni profesi sebagai seniman,pelaku ekonomi,wakil rakyat (anggota legislatif), budayawan,politikus,saintis, failosof,pemimpin parpol,pemimpin ormas.dlsb.itu tentu suatu hal yang sah sah saja sebab seorang rasul pun dulu pernah berprofesi sebagai pelaku ekonomi,pemimpin negara dan tentu ber kegiatan politik.tetapi ketika ia masuk ke berbagai profesi lain itu maka hakikat ke ulamaan nya tentu tidak boleh luntur atau hilang dalam arti lain ia menyambi berbagai profesi itu murni demi untuk kepentingan agama bukan demi untuk kepentingan profesi sambilan nya. itu yang membedakan ulama dengan misal seniman, budayawan, failosof,saintis,atau politikus murni.bahkan di dunia mungkin tidak sedikit ulama atau orang ber ilmu agama yang mendirikan partai politik tetapi mereka melakukan itu semua demi untuk kepentingan tegaknya agama bukan demi untuk hal hal yang bersifat duniawi seperti kekayaan atau kekuasaan
Ciri ulama yang menyambi melakoni profesi lain tetapi tidak kehilangan hakikat ke ulamaan nya adalah ia tetap selalu membawa umat untuk selalu dekat dengan agama dan selalu menyerukan 'amar makruf nahi munkar'-menyuruh manusia untuk menegakkan kebenaran dan melenyapkan kebatilan dan ini suatu yang hanya dapat ditangkap serta dirasakan oleh batin umat sebab ulama dengan umat itu selalu memiliki keterkaitan batin yang kuat kecuali bila ulama sudah menjauh dari apa yang menjadi tugas serta profesinya
Sebab itu andai-kalau ada ulama yang misal lebih mengutamakan profesi sampingan atau sambilan nya sehingga menanggalkan jati diri serta tugas utamanya sebagai ulama maka ia dapat kehilangan hakikat ke ulama annya. misal ia berubah menjadi lebih mencintai seni,lebih mencintai politik,lebih mencintai budaya,dlsb. gelagat yang bisa ditangkap misal ia rela tidak lagi menyerukan amar makruf nahi munkar karena tidak ingin kehilangan profesi sambilannya atau dalam menjalani profesi sambilannya itu ia tak lagi setia pada prinsip amar makruf nahi munkar atau menjadi lupa mengingatkan umat pada prinsip amar makruf nahi munkar.
Atau dengan kata lain,konsep amar makruf nahi munkar itu menjadi sebuah parameter tersendiri sekaligus barometer untuk mengukur sejauh mana seorang yang diamanati agama masih menjalankan apa yang menjadi amanat nya itu. contoh sederhana; seorang ulama yang berkegiatan seni-budaya-politik-filsafat dlsb.maka apakah didalamnya masih terselip pesan pesan agar manusia selalu menegakkan kebenaran dan melenyapkan kebatilan ?